G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

30 September 2016

PULOLANCING "Pemukiman Para Bujang dari Mancanegara" #Ekspedisi_Dukuh_2


   Dilihat dari maknanya Pulolancing adalah pulaunya para bujang, yang maksudnya bila kita mencoba menduga atau berhipotesa adalah tempat bermukimnya para pedagang dari mancanegara. Hal ini setelah mengkaji berbagai aspek dan lingkungan sekitar Dukuh khususnya dan Pulolancing pada umumnya. Secara umum Pulolancing terletak di sebelah timur sungai Mas dekat percabangan dengan sungai Marmoyo yang mengarah ke Dusun Pelabuhan Canggu Jetis yang telah diduga sebagai tempat pelabuhan Canggu dimasa silam.

peta sekitar Dukuh-Pulolancing
   Juga letaknya yang tidak terlalu jauh dari Dusun Serbo Bogempinggir yang kita duga sebagai pelabuhan Sarbha. Terlebih sekitar hampir setahun yang lalu komunitas pecinta sejarah dan budaya Garda Wilwatikta telah melakukan penggalian disebidang tanah milik warga di Dukuh, dan hasil observasi mereka telah disimpan di salah satu ruangan Balai Dusun setempat.


   Tampak ketua Balasatya Wetan beserta anggotanya mengklarifikasikan temuan artefak di Museum Mini Dukuh. Sebelumnya rombongan Balasatya Wetan ini telah mensurvei dukuh tempat observasi Garda Wilwatikta.






   Dalam kesempatan itu Balasatya Wetan diantar dua anggota Garda Wilwatikta yaitu mas Eko Jayanto (ketua) dan mas Aziz (sekretaris) untuk melihat 4 buah sumur kuno yang telah diketahui di Dukuh, ,juga menceritakan secara kronologis proses awalnya observasi sampai kisah-kisah mistis yang menyertainya.


Sumur kuno yang terdapat di Dukuh
lihat video Ekspedisi Dukuh #2

   Dalam kesempatan itu kami juga sowan kepada pemilik tanah observasi bapak Tri Wahyono juga bapak Kepala Dusun Pulolancing bapak Eko Wiyono, untuk bersilahturahim dan membicarakan kondisi terkini Dukuh mengingat kami Garda Wikwatikta telah melaporkan temuan-temuan itu kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya BPCB Jawa Timur di Trowulan pada Desember 2015 yang lalu. Setelah berdialog dengan bapak Eko Wiyono selaku kasunnya kita mendapati belum ada survei dari BPCB.


   Setelah melakukan survei di Dukuh maupun melihat artefak di Dukuh, komunitas Balasatya Wetan melalui ketuanya bapak Edwin Mardianto mengapresiasi secara positif dan terus mendukung aktifitas komunitas Garda Wilwatikta yang berpusat di Dusun Tado Desa Singkalan ini. Dan juga bapak Edwin Mardianto membuat sebuah kesimpulan bahwa dahulu kala diduga di Dukuh maupun Pulolancing umumnya adalah tempat bermukim para pedagang dari mancanegara seperti China, hal ini didasarkan dari tempatnya yang strategis dan temuan-temuan artefaknya seperti koin-koin asing, koin gobog, maupun keramik asing. Namun demikian dugaan sampai zaman dimana kawasan Dukuh maupun Pelabuhan Canggu dan Sarbha terus digunakan, karena melihat kondisi sungai Mas maupun sungai Marmoyo sekarang telah terjadi penyempitan dan pendangkalan.



   Menurut literatur tahun 1625 Masehi tentara Mataram menutup aliran sungai Marmoyo di daerah Gedeg - Mojokerto dengan bangkai manusia dan hewan dalam perang menaklukan daerah Brang Wetan yang dipimpin Surabaya saat itu, konon karena penutupan sungai Marmoyo tidak hanya membuat perlawanan Surabaya kalah tapi juga mematikan roda perekonomian dijalur sungai Marmoyo dan sungai Mas seperti Pelabuhan Canggu, Sarbha, Jruk yang tentu saja berdampak pada pemukiman pedagang di Dukuh.

   Konon ada kisah dari warga Dukuh kalau pernah ada wabah atau pagebluk yang memaksa penghuni Dukuh meninggalkan pemukimannya, bisa saja wabah itu berasal dari virus-virus penyakit yang ditimbulkan dari tumpukan bangkai manusia dan bangkai hewan dihulu sungai Marmoyo tadi. Sekedar menduganya saja, konon karena blokade atau penutupan sungai Marmoyo oleh tentara Mataram itu membuat Perlawanan Surabaya berhenti karena kurangnya pasokan bahan makanan, air bersih, dan terkena penyakit.

   Demikianlah kegiatan komunitas Balasatya Wetan dan Garda Wilwatikta di Dukuh Pulolancing desa Kedung Sukodani kecamatan Balongbendo Sidoarjo. Semoga saja akan ada respon positif baik dari warga setempat maupun pihak yang terkait, tak lupa kami menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas peran serta bapak kasun Pulolancing, seluruh anggota Balasatya yang hadir yang telah meluangkan waktunya mengunjungi Dukuh.

Maturnuwun, Salam Nusantara...
Share:

14 September 2016

MENDORO NANG NDORO DEN AYU

Pendopo Ndoro Den Ayu
   Konon begini kisahnya tentang sebuah kompleks makam yang dikeramatkan warga di kawasan Tado. Dahulu kawasan makam ini terkenal sangat wingit, terdapat pohon beringin yang besar berada di sisi selatannya, rimbun alang-alang dan semak belukar setinggi satu meter mengelilinginya, sinar matahari sulit menembus karena saking lebatnya dahan-dahan pohon yang saling bertautan sehingga menambah kesan mistis dan angker tempat ini. Hanya sedikit orang yang berani memasuki kompleks makam yang dikelilingi makam umum tersebut.

Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta