G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

30 September 2021

Sebuah Jejak dari Masa Lalu, Punden Kuyomolo Rejosari Sumber Rame Gresik

     
      Sungguh apa yang ada hari ini tidak akan terlepas dari yang pernah ada dimasa lalu, masa lalu tidak pernah benar benar hilang dari kehidupan kita, masa lalu hanya sekedar berdiam diri untuk kemudian menampakan diri kepada dunia kalau ia benar benar nyata. 

       Sekitar tanggal 17 September 2021 sejumlah warga Rejosari Sumber Rame Wringinanom Gresik seizin kepala desa Sumber Rame berniat membuat sebuah kolam untuk wahana wisata desa, kegiatan yang diprakarsai mas Nursilam tersebut dimulai dengan melakukan pembersihan diatas tanah disebelah selatan punden Kuyomolo yang menurut cerita turun temurun adalah sebuah Sendang. 

       Dengan menggunakan alat berat mereka menggali tanah hingga kedalaman sekitar 2,5 meter alat berat membentur benda keras, setelah diangkat ternyata benda keras tersebut adalah bata bata kuno yang berukuran besar, karena penasaran sejumlah warga memastikan langsung apakah yang ada didasar kolam, ternyata terdapat struktur bata kuno yang menyerupai pondasi ada disitu. 

         Struktur pondasi bata kuno tersebut menurut keterangan warga berorientasi timur barat dan utara selatan, namun karena derasnya sumber air dikolam itu juga banyaknya lumpur membuat struktur bata itu sulit terlihat ( Lihat Videonya disini https://youtu.be/hTDg3_ZtTfA) 

        Berita tentang adanya temuan Struktur bata kuno dikolam tersebut telah beredar luas dimedia Sosial sehingga membuat Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Gresik turun tangan melakukan sidak dilokasi temuan, namun karena air dan lumpur telah meninggi membuat para petugas dari Dinas tersebut tidak bisa melihatnya secara jelas, mereka hanya mencari informasi kepada sejumlah warga yang turut menggali kolam. 


         Kemudian pada tanggal 23 September 2021 sejumlah warga membuat saluran air dibarat pohon Beringin agar air hujan bisa mengalir ke kolam ternyata kembali menemukan struktur bata kuno, karena penasaran warga mencoba mencari sampai kemana struktur bata kuno tersebut mengarah, dari penggalian tersebut terlihat orientasi struktur barat utara selatan dan timur barat. 


         Ada sekitar 14 lapis bata , dengan ukuran bata yang terbesar berukuran 39 x 34 centimeter dengan tebal 7 centimeter, atas temuan ini mas Nursilam telah berkoordinasi dengan pemerintah desa Sumber Rame dan langsung melaporkan ke kantor Dinas Pariwisata dan Budaya di Gresik, pihak Dinas meminta penggalian dihentikan menunggu sidak berikutnya dari pihak terkait. 

       Dari Temuan tersebut dapat dibuat sebuah kesimpulan kalau situs situs masa lalu tersebut biasa berada di makam, punden namun juga bisa ditelusuri dari nama dusun, desa atau nama punden, dari perbincangan penulis dengan sejumlah warga disana ternyata situs tersebut tidak situs tunggal dari keterangan warga yang membuat pondasi rumah atau sanitasi mereka juga menemukan struktur bata kuno, sumur kuno, peralatan memasak dari batu yaitu lumpang batu dan ternyata menurut kisah warga yang sudah sepuh dahulu nama dusun Rejosari pernah bernama Beji, kemudian berganti nama Wonokoyo lalu berganti lagi dengan nama Kambing dan sekitar tahun 1978 berubah lagi menjadi Rejosari hingga kini, Beji adalah sebuah nama yang ada di sejumlah daerah itu berkaitan dengan air, contoh situs Sumber Beji Jombang yang kita  ketahui sekarang adalah sebuah petirtaan mewah pada masa klasik, dulu Sumber Beji adalah sebuah punden yang ada semacam sumber airnya , dari kesamaan nama dan adanya temuan struktur bata kuno ini terlebih adanya cerita tentang sebuah Sendang di Punden Kuyomolo ini bukan tidak mungkin memang pernah ada sebuah petirtaan disini... 

        Sejumlah warga yang peduli dengan situs yang baru terungkap ini berharap agar pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur segera melakukan sidak dan upaya penyelamatan terhadap situs yang diduga kuat sebagai tinggalan cagar budaya ini.. 


Agus Subandriyo, Penulis. 
Share:

22 Juli 2021

Jejak Kekunoan di Desa Sumber Gondang ( Jejak Pengungsiian Jayanagara) ?



         Dalam Serat Pararaton disebutkan ketika terjadinya pemberontakan Dharma Putra yang dipimpin Ra Kuti, kotaraja jatuh ke tangan musuh demikian pula kedhaton juga berhasil dikuasai, sebelum pasukan Ra Kuti memasuki Puri Dalem Raja, Bekel Mada pemimpin prajurit Bhayangkara secara diam - diam membawa Raja dan keluarganya meninggalkan Puri untuk menyelamatkan diri. 

         Melalui jalur - jalur jalan rahasia mereka meninggalkan Kotaraja menuju tempat yang aman dari kejaran Ra Kuti, menurut Pararaton Bekel Mada membawa Prabu Jayanagara beserta keluarganya ke Badander, dimanakah Badander itu? Hari Selasa 20 Juli 2021 bertepatan dengan Hari Idul Qurban kami penasaran dengan sebuah tempat yang bernama Jaladri, Jaladri atau warga setempat menyebutnya Jeladri adalah sebuah Situs kekunoan yang berada diperbukitan diwilayah desa Sumber Gondang Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Setelah berkumpul dirumah mas Dwi Tombol yang berada tepat didepan Prasasti Gurit, sebuah prasasti peninggalan Airlangga didusun Sumber Gurit, Katemas, Kudu kami segera menuju desa Sumber Gondang untuk terlebih dahulu sowan kepada Bapak Sambang warga dusun Bedander yang merupakan ketua Paguyuban Damar Panuluh. 

      Menurut keterangan Bapak Sambang ini Badander yang dimaksudkan dalam Pararaton itu bukanlah Bedander yang berada diwilayah Bojonegoro tetapi Bedander yang ada disini yaitu Bedander, Sumber Gondang Kecamatan Kabuh, karena menurut Beliau jejak dan cerita rakyat tentang Pengungsian Prabu Jayanagara tersebut lengkap , mulai dari tempat persembunyiannya yaitu Jeladri yang berada diatas puncak perbukitan kemudian sebuah tempat tinggal setelah kondisi aman yang disebut Pagar Banon, Pagar Banon ini artinya sebuah tempat yang dikelilingi pagar bata. 

      Namun sayang sekali bukti adanya Pagar Banon tersebut kini sudah lenyap hanya ada sebuah tempat didekat Pagar Banon itu yaitu sebuah Punden yang terdapat beberapa Lumbang batu. 


       Tidak jauh dari Punden tersebut dirumah warga terdapat batu Dorpel atau istilahnya ambang pintu, menurut keterangan warga Dorpel ini sejak dahulu memang berada dirumahnya , artefak ini sudah diverifikasi BPCB Jatim tahun 2017 , menurut pendapat mas Tp Wijoyo kemungkinan dahulu pernah ada sebuah bangunan Candi ditempat itu, asumsi ini muncul karena keberadaan Dorpel tersebut. 
          Kembali pada Situs Jaladri yang menurut keterangan Bapak Sambang disebut juga sebagai Punden Sentono Agung Jeladri, konon menurut cerita rakyat turun temurun Jeladri adalah tempat pemujaan sejak era Airlangga berlanjut masa Majapahit hingga masa Islam, memang dari tampilan sekarang Jeladri sudah tidak aslinya, karena mingkin dahulu ditemukan sudah dalam kondisi rusak kemudian ditata ulang ala kadarnya oleh penduduk setempat entah pada masa apa. 

          Dari ukuran bata kuno terlihat adanya beberapa ukuran yang berbeda, ada yang besar sekali ada yang ukurannya lazim era Majapahit dan ada yang lebih kecil, itu menunjukkan dari berbagai masa. Selain bata kuno disitus Jeladri ini terlihat banyak umpak batu dari berbagai ukuran, ini menunjukkan kalau dahulu ada bangunan yang beripa pendopo atau bahasa kunonya adalah Mandapa atau Madepa dalam bahasa Madura. 

    Terdapat pula beberapa lumpang batu, juga sebuah fragmen batu yang berbentuk seperti Manggis ( seoerti temuan batu Manggis Terung Wetan) apakah batu berbentuk Manggis itu asli temuan dari sini ataukah pindahan dari tempat lain tentu ini akan menarik, karena menurut pendapat Batu Manggis yang ditemukan di Terung Wetan itu adalah Jangkar Kapal, apakah Batu Manggis Jeladri itu juga fungsinya sama? 

      Apakah dulu ada sungai kuno disekitar Jeladri? Hingga ada sebuah Jangkar kapal ditemukan disini? Lebih lebih dari namanya sudah aneh... Jaladri... 


Terimakasih
Share:

20 Februari 2021

Jejak Peradaban Kuno di Pager Ngumbuk


   Jejak Peradaban Kuno begitu merata di desa desa, salah satunya di desa Pager Ngumbuk Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo, melihat letak geografis nya dengan bersebelahan dengan desa Candi Negoro dimana Gapura Dermo berada, tentu menimbulkan sebuah hipotesis tentang luasan wilayah Kadipaten Terung dulu. Mungkinkah desa Pager Ngumbuk ini juga termasuk wilayah dari Kadipaten Terung atau bahkan sudah ada sejak era sebelum Majapahit? 

       Kita coba memaknai arti dari nama Pager Ngumbuk yang ternyata merupakan gabungan dari nama 2 dusun yaitu Pager dan Ngumbuk, secara umum makna dari Pager adalah sebuah pembatas wilayah yang bisa berupa bangunan tembok memanjang, sedangkan makna dari Ngumbuk kemungkinan adalah sesuatu yang bertumpuk. Tentu saja dipertimbangkan cerita rakyat dari 2 dusun tersebut tentang sejarah dan makna nama kedua dusun tersebut. 
         
      10 Februari 2021 Praktisi Museum Kreweng Mbah Mulo dan Dedhi Pramudya menelusuri kedua makam yang ada di desa Pager Ngumbuk yaitu makam dusun Ngumbuk dan dusun Pager, dari penelusuran kedua pecinta Sejarah tersebut ternyata di kedua makam tersebut banyak terdapat jejak peradaban, mulai dari bata bata kuno yang berukuran besar, balok balok andesit komponen penyusunan bangunan, keramik, tembikar, koin koin kuno serta umpak. 
19 Februari 2021 kembali kami, Mbah Mulo, Dedhi Pramudya W, mas Alik dan penulis menelusuri makam dusun Pager untuk membuat sebuah dokumentasi atas adanya jejak peradaban disana. 
       Ukuran bata kuno yang ada dimakamkan Pager cukup bervariasi mulai ukuran khas Majapahit 32.5 x 20 x 6 cm, ada yang cukup besar lagi 45 x 29 x 13 cm, juga ada 6 balok andesit yang beralih fungsi menjadi nisan berukuran 65 x 39 x 13 cm. Adanya balok balok andesit tersebut menimbulkan dugaan kalau disana ada bangunan besar yang berbahan batu andesit, menurut Mbah Mulo dahulu dimakam Pager ini banyak ditemukan Keramik keramik Asing juga tembikar dan terakota.. Lihat videonya disini https://youtu.be/OrfDVo_pqdw

      Selain itu ditemukan juga fragmen batu lengkung penyusun bangunan sumur, hal ini semakin menguatkan hipotesis tentang adanya peradaban kuno di desa Pager Ngumbuk yang pastinya harus diungkap...........Sekian


Agus Subandriyo, Penulis

Share:

7 Februari 2021

Peradaban Sambung Rejo Part 2


          Upaya penyelamatan artefak artefak di makam Pagar Kidul kembali dilakukan, Selasa 1 Februari 2021 kami ( Mbah Mulo, Moch Azreil, Dedi Pramudya W, Mas Alik dan penulis  ) kembali menyisir makam Pagar Kidul untuk mengumpulkan artefak artefak yang minggu lalu kita identifikasi untuk dipindahkan ke tempat yang aman. 

         Setelah mengumpulkan artefak artefak tersebut Mbah Mulo bersama mas Alik menuju Toko galangan milik H. khusaeri untuk meminta izin membawa temuan ke rumah Beliau, untuk dijadikan satu dengan Fragmen Batu Andesit ber inskripsi, H. Khusaeri mengijinkan, akhirnya kami membawa Batu Berukir, Fragmen Batu Pilihan, Fragmen Keramik asing ke halaman rumah H. Khusaeri. 
         Pada kesempatan itu kami ditemui saudara H. Khusaeri yang ternyata adalah seorang Guru, kami disuguhi air mineral dan makanan oleh Beliau, ternyata Beliau sangat ramah dan suka sejarah, setelah membersihkan artefak dengan air , Mbah Mulo, Dedi dan Azreil menata disebelah Batu ber inskripsi, kemudian membuat sebuah dialog yang didokumentasi oleh Mas Alik dan Penulis. 
   
  Setelah bercengkerama sambil menikmati buah Nangka dan Kue yang disuguhkan kami mohon diri kepada saudara H. Khusaeri untuk menelusuri jejak peradaban di desa Kelompok Sepuluh masih ikut kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. 


Agus Subandriyo, Penulis. 
     
Share:

27 Januari 2021

Jejak Peradaban Sambung Rejo


            Sekitar tahun 1993 yang lalu menurut penuturan Bapak H. khusaeni seorang mantan Kepala Desa Sambung Rejo, ketika itu Beliau masih belum menjabat kepala desa melakukan kerja bhakti bersama warga di makam Patar Kidul, saat itulah mereka menemukan sebuah balok persegi panjang dari batu andesit yang berukuran 70 x 41 x 30 cm dari sebuah penggalian, kemudian oleh warga diamankan didekat pagar Makam, karena merasa khawatir kalau batu yang ada inskripsi nya itu hilang maka Bapak Khusaeni berinisiatif agar batu tersebut dibawa saja ke rumahnya, akhirnya warga berbondong bondong membawa batu tersebut ke rumah Bapak Khusaeni dan ditempatkan di taman halaman rumah. 


         Sekitar bulan Juli 2020 Yogi Mahadev Parameswara seorang pecinta Sejarah dari Sidoarjo mengunggah Batu berinskripsi era Prabu Kertanegara itu ( 1173 Caka/ 1271 Masehi) di Medsos dan You To be, dari unggahan tersebutlah penulis mengetahui adanya benda purbakala itu, 24 Januari 2021 kemarin Mbah Mulo bersama Dedhi Pramudya. W mencoba menelusuri Makam Patar Kidul tersebut, dari penelusuran itu ternyata ada benda benda bernilai arkeologis masih banyak dimakam itu, salah satunya adalah sebuah Fragmen batu Andesit yang disalah satu sudut terdapat semacam relief, batu tersebut dijadikan nisan oleh warga, kondisinya masih berlumut juga sehingga belum bisa diindentifikasikan apa benda tersebut. Lihat videonya disini https://youtu.be/OrfDVo_pqdw
      Selasa 26 Januari 2021 kami berempat Mbah Mulo, Dedhi Pramudya. W, Faris wartawan radar Sidoarjo dan penulis berkesempatan bertemu dengan Bapak Khusaeni untuk melihat langsung batu ber inskripsi itu juga mengajak Beliau melihat temuan lain di Makam Patar Kidul yaitu Batu andesit yang ada relief atau ukirannya dan juga Patek atau kail pancing  yang berukuran cukup besar 

            Bapak Khusaeni juga menceritakan tentang temuan koin kuno yang dulu ditemukan di Makam, namun dijual oleh warga juga bata bata kuno yang dipergunakan untuk membuat penahan tanggul di sungai Terung. 

       Atas saran Bapak Khusaeni kami memberanikan diri berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Sambung Rejo melaporkan temuan tersebut, Perangkat desa dengan ramah menerima kedatangan kami dan membenarkan adanya temuan Batu andesit yang ber inskripsi tersebut. 

      Pihak Pemerintah Desa akan menindaklanjutinya setelah Pelantikan Kepala Desa yang baru. 


Agus Subandriyo Penulis
Share:

26 Januari 2021

Jejak Masa lalu Punden Dungus

      
           Punden, makam adalah tempat yang menjadi referensi utama bagi Pecinta Sejarah untuk mengintip serpihan-serpihan Sejarah masa lalu kenapa? Karena di punden ataupun di makanlah tinggalan masa silam itu relatif masih terselamatkan dari gempuran zaman, tidak bisa dipungkiri perkembangan kehidupan sekarang ini sangat memerlukan lahan lahan untuk dijadikan tempat peradaban masa kini. 

           Banyak lahan dijadikan perumahan juga pabrik pabrik yang tentu saja sangat berperan menutupi secara permanen peradaban masa silam dibawahnya, sementara Punden maupun Makam relatif aman dari itu, walaupun sebenarnya juga terjadi pembelokan dan pengkaburan sejarah disini karena banyak situs yang diper makamkan diberbagai tempat. 

             Punden Dungus ini berada dekat perumahan dan pabrik, lokasinya cukup luas sekitar 60 x 50 meteran, terdapat Gene ngan atau gemukan yang ditumbuhi beberapa pohon besar diantaranya pohon Asem, terlihat bata bata kuno berukuran besar di genengan itu bersanding dengan batu batu semen yang sengaja dibentuk, mungkin dulu tempat ini dijadikan taman oleh pengembang Perumahan.  Disebelah Genengan utama tersebut ada sebuah Makam yang diyakini warga setempat sebagai Makam Mbah Guo, entah mengapa disebut begitu, konon menurut beberapa warga dulunya di Genengan utama itu ada semacam lobang sehingga disebut Guo atau Goa , mungkin dari kejadian itulah muncul nama Mbah Guo. Juga menurut cerita warga disitu terdapat tiga buah arca, dua masih utuh satu sudah pecah namun kini keberadaan ketiga tersebut tidak jelas, hilang atau masih tertimbun tanah. Lihat videonya disini https://youtu.be/OrfDVo_pqdw

      Dedhi Pramudya. W adalah salah satu pecinta sejarah dari Sepanjang yang sering berinteraksi dengan warga Dungus dan juga beberapa kali menggelar acara Jagong Budaya di punden Dungus, Senin 26 Januari 2021 bersama wartawan Radar Sidoarjo , Faris , Mbah Mulo dari Terung Wetan dan penulis mencoba mengamat jejak peradaban masa silam di punden ini, jejak masa lalu tersebut jelas terlihat dari banyaknya bata bata kuno yang tergeletak disana, diduga kuat ada semacam Struktur bangunan yang masih ada dibawah tanah terutama di Genengan utama, dibawah pohon disebelah Makam Mbah Guo juga terlihat ada batu Andesit berbentuk terbelit akar pohon, juga terlihat penggunaan bata kuno dilantai pondasi Makam Mbah Guo. 

          Karena letaknya Punden Dungus dan desa Dungus tidak jauh dari sungai yang mengalir dari Terung, dan Topomini nama nama desa disekitarnya seperti Bangsri, Plum bungan , Terung mungkin dahulu desa Dungus termasuk dalam dalam lalu lintas sungai yang menjadi lalu lintas utama pada masa itu ( Naditira Pradeca Anam Bangi ) 



Agus Subandriyo. Penulis
Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta