G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

11 Februari 2019

Sejarah Lokal sebagai Sumber Sejarah Nasional sekaligus sebagai pembandingnya


               Sejarah lokal adalah proses Kehidupan kemanusiaan yang terjadi pada daerah tertentu , ruang lingkup dalam luasannya tidak bisa dipastikan namun bisa dipersempit atau diperluas .
              Sejarah lokal sumber-sumber nya kebanyakan dari cerita Tutur yang berkembang dari masa ke masa yang terjadi dalam kurun waktu lama , karena Sumber nya dari cerita Tutur maka yang tidak tertulis memang cukup sulit mencari kevalidan karena sangat besar kemungkinannya telah terjadi penambahan dan pengurangan disana sini namun begitu cerita Tutur tersebut bisa dijadikan acuan bila terjadi kecocokan dengan keadaannya , dalam hal ini diperlukan pembuktiannya .
              Sabtu 9 Februari 2019 bertempat di gedung Pusdiklat Argasonya diadakan Saraserahan dan Diskusi yang bertema ' Paradigma Baru memahami Sejarah Lokal " yang diadakan KORWIL IKAHIMSI 3 Jawa timur , Himpunan Mahasiswa Sejarah ( Himas ) Sekolah Tinggi Keguruan dan ilmu pendidikan ( STKIP ) Persatuan Guru Republik Indonesia yang dihadiri mahasiswa- mahasiswa Sejarah se Jawa dengan tiga Pembicara sebagai Narasumber nya , dua orang dari Banyuwangi dan seorang dari Sidoarjo yaitu penulis sendiri ( Agus Subandriyo ). Dua orang narasumber dari Banyuwangi tersebut yaitu :
1. M . Hidayat Aji Ramawidi .
2. Duwi Setiya Utomo.
   
              Setelah acara dibuka oleh Ibu Lailatul Musyarofah. M. Pd. Perwakilan Rektor STKIP PGRI Sidoarjo yang juga dihadiri Dosen Sejarah bapak Arif Widodo M. Pd. dan Ketua KORWIL IKAHIMSI 3 Jawa timur Muhammad Adam Nuh Ibrahim dari Universitas Negeri Malang maka oleh moderator Auda Jamaluddin Chafan acara Sarasehan tersebut saya ( Penulis ) mendapatkan kesempatan pertama menyampaikan orasi tentang Jejak Peradaban Sejarah lokal dan penanganannya , dalam kesempatan itu penulis menyatakan kalau sesungguhnya bukan seorang sejarawan seperti yang disebutkan moderator tetapi hanya seorang pekerja swasta yang mencintai sejarah , penulis sangat prihatin terhadap kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap sejarah lokal khususnya yang ada di kabupaten Sidoarjo .
           Penulis menceritakan secara ringkas aktivitasnya sejak akhir tahun 2013 yang terlibat dengan pembukaan Situs Pelawangan Suwaluh Balongbendo  hingga melakukan berbagai penelusuran jejak-jejak peradaban dengan komunitas Garda Wilwatikta yang terekam dalam buku Mengais Jejak Peradaban Bumi Kahuripan jilid 1 , juga melakukan berbagai pertemuan dengan tokoh sejarawan dan komunitas pecinta sejarah dan budaya , kemudian diawal tahun 2017 bersama 5 komunitas yang lain bersama- sama melakukan penelusuran diwilayah Tarik khususnya didesa KedungBocok hingga ditemukannya Situs Purbakala di desa tersebut .
            Termasuk menceritakan upaya mengajak kalangan akademisi untuk turut serta menindak lanjuti temuan situs purbakala maupun melakukan upaya pelacakan persebaran situs diantaranya kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya yang telah beberapa kali melakukan uji Geo Listrik dan Georadar dibeberapa tempat di kabupaten Sidoarjo dan juga dengan Universitas Airlangga Surabaya untuk pembinaan buat desa KedungBocok menuju desa Wisata .
                 Berikutnya giliran pembicara kedua yaitu Mas Duwi Setiya Utomo dari Banyuwangi , Mas Duwi yang seorang pengajar ini tampil sangat komunikatif dengan berdiri mencoba mencairkan suasana .
         Banyak materi yang dipaparkan pada kesempatan ini Terutama setelah mendapat " provokasi" dari seniornya yaitu Mas M. Hidayat Aji Ramawidi yang juga pembicara pada hari itu dia penasaran dan bergerak bersama melakukan pembuktian- pembuktian dari cerita Tutur yang didengarnya dari Mas Aji ( panggilan akrab M.Hidayat Aji Ramawidi) diberbagai tempat hingga menemukan tempat atau situs-situs tersebut bahkan mendapatkan temuan - temuan baru yang memperkuat risetnya .
         Kesempatan berikutnya giliran pembicara yang ketiga yaitu Mas M. Hidayat Aji Ramawidi menyampaikan orasinya yang intinya menceritakan pertama kalinya tertarik pada sejarah lokal yang seolah-olah ditepikan , sementara pengetahuan sejarah kita baik Nasional maupun Lokal menurutnya banyak yang tidak sesuai , banyak pengalihan sejarah terutama yang dilakukan penjajah sejak selesainya perang Diponegoro yang kebanyakan isinya menceritakan keburukan- keburukan tokoh sejarah kita juga menceritakan pertentangan antara agama dan suku kita.
     Mas Aji menyebutkan ketakutan penjajah akan persatuan rakyat dalam berbagai perlawan terhadapnya membuat Belanda mempunyai keinginan untuk memecah belah dan mengadu domba persatuan antara berbagai macam agama dan suku dengan cara merubah catatan-catatan sejarah sesuai dengan keinginannya , maka kemudian muncullah Serat Babad Kadhiri yang isinya adalah percakapan seorang yang kerasukan jin dengan seseorang yang diminta Residen Kediri saat itu yang intinya mengadu domba antar agama , suku bangsa , setelah itu muncullah berbagai macam serat yang sumbernya dari Serat Babad Kadhiri ini .


            Karena itulah Mas Aji penulis buku Suluk Blambangan ini meminta dan mengajak peserta saraserahan yang hadir untuk belajar yang benar tentang sejarah , kritis dan berupaya menyampaikan pengetahuan sejarah yang benar dan lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa , mas Aji juga berpesan sebagai mahasiswa jurusan sejarah yang nantinya juga sebagai sejarawan mempunyai tugas yang berat namun mulai yaitu mengawal kejayaan Nusantara melalui sejarah yang benar .
        Sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab , pada sesi pertama ada tiga penanya dari mahasiswa yang hadir yang intinya menanyakan pendapat ketiga pembicara tentang berbagai tentang Sejarah lokal hubungannya dengan sejarah Nasional , Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam penulisan buku sejarah dan cara memperkenalkan Sejarah lokal kepada generasi muda , ada pertanyaan- pertanyaan yang menarik dari mahasiswa- mahasiswa sejarah dari berbagai Universitas di Jawa timur bahkan ada yang dari luar Jawa timur tersebut , salah satunya bagaimana upaya untuk menarik minat seluruh elemen bangsa akan menempatkan sejarah sebagai acuan bangsa membangun ke depan  karena perlu diketahui jurusan sejarah sendiri sangat kecil peminatnya diberbagai kampus terlebih dimasyarakat dan pemerintahan .
       
      Demikian lah sekilas rangkuman Saraserahan dan Diskusi sejarah lokal yang bisa saya tuliskan ,mohon maaf pasti banyak kekurangan disana sini ..
     Terimakasih ....
Agus Subandriyo , penulis.
Share:

1 Februari 2019

Paradigma Sejarah lokal


        Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir( kognitif), bersikap( afektif), dan bertingkah laku( konitif).
     Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi Konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
        Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin yang Pada tahun 1483 Masehi yaitu paradigma yang berarti suatu atau pola, bahasa Yunani nya Paradeigma ( para+deiknunai) yang berarti untuk " membandingkan" bersebelahan ( para ) dan memperlihatkan ( deik ) sumber Wikipedia.
             Sementara itu dalam pengertian objektif Sejarah lokal adalah proses perkembangan keaktifan kemanusiaan di daerah tertentu.
       Pengertian daerah disini adalah lingkungan geografis tertentu yang sudut pandangnya bisa dipersempit atau diperluas karena batasan luasan dari area sejarah lokal tersebut sulit ditentukan.
        Pada era digital ini fungsi dan manfaatnya sejarah lokal sesungguhnya amat diperlukan baik dari sisi ketahanan sejarah budaya nya maupun manfaat ekonominya , walaupun belum diterapkan dengan sepenuhnya karena kurangnya konsep dan kemauan dalam menggelutinya .
        Sesungguhnya potensi manfaat Sejarah lokal di setiap desa ataupun kecamatan sangat melimpah hanya saja kurang ada perhatian dan kemauan untuk mengungkap ,meneliti , merekonstruksi, dan memanfaatkannya sebagai sumber pendapatan daerah .
     Contoh sederhana disebuah desa di kecamatan Tarik misalnya yaitu didesa KedungBocok pada 3 Februari 2018 yang lalu telah ditemukan struktur pondasi didekat pemakaman ,setelah mengalami berbagai proses walaupun belum ada penelitian resmi' dari pihak terkait namun diduga kuat tempat tersebut adalah titik nolnya Mojopahit ( sesuai hasil sidak BPCB Trowulan dan telaah Serat Pararaton ) , bila saja potensi sejarah lokal Desa KedungBocok ( termasuk desa - desa lainnya seperti Terung Wetan , Urangagung contoh yang ada di wilayah kabupaten Sidoarjo ) tersebut dikelola dengan baik tentunya akan menambah pendapatan desa tersebut , termasuk menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat dengan cara dijadikan situs tersebut sebagai Wisata Desa , terlebih nilai situs desa KedungBocok sangat penting karena menyangkut asal mula Mojopahit di hutan Trik , belum lagi dari sisi yang lain akan memberikan kontribusi nya misalnya kuliner ataupun produk-produk  kerajinan setempat akan menjadi ciri khas tersendiri.


     Jadi belajar, mengungkapkan , melestarikan sejarah lokal bukan berarti kita harus menjadi kuno , menjadi Hindu atau Budha tidak karena tidak semua peninggalan sejarah itu kuno atau primitif karena justru dari artefak yang ditemukan akan terlihat keunggulan keunggulan nya yang bertahan ratusan tahun , dari sana dapat kita bayangkan betapa bagusnya kontruksi bangunannya , arsitekturnya , betapa bagus pengolahan bahan baku bangunannya dan lain sebagainya .
         Bahkan dari sejarah - sejarah lokal yang ada tersebut akan menjadi salah satu sumber sejarah bangsa kita ,terutama untuk melengkapi dan membandingkan dengan literatur yang telah ada , semua itu akan menjadi keilmuan di bidang sejarah,  ingat sejarah itu adalah sebuah peristiwa yang sudah selesai dan tidak akan mungkin berubah tetapi pengetahuan tentang sejarah akan selalu berubah-ubah sesuai dengan temuan - temuan baru atau berubahnya metode dalam memahami sejarah ...
Terimakasih .
Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta