Informasi adanya sumur di tepian sungai Brantas kami dengar dari teman kami Sutikno warga Desa Modopuro Mojosari, sekitar akhir tahun 2015 yang silam. Kami dari Garda Wilwatikta yang saat itu melakukan pendataan sampai ke wilayah Modopuro tepatnya di makam Resi Mayangkhara. Dalam perjalanan pulang kami singgah sebentar di warung sebelah utara jembatan darurat itu untuk sekedar minum. Lalu melihat sejenak dari atas ke bawah sungai Brantas tersebut. Dari atas kebun jagung ketika itu kami melihat bata-bata kuno berserakan di dalam air di sisi utara sungai, karena kondisi curam dan air sedang tinggi kami memutuskan tidak turun ke bawah. (lihat catatan "Perjalanan menuju Modopuro").
Beberapa
hari yang lalu saya bersama bapak Hadi seorang pecinta sejarah & budaya dari Tarik, kembali menuju situs tersebut. Dengan dipandu oleh Beliau saya
mengikuti dari belakang menembus kebun yang ada di selatan tangkis ke arah barat, mencari jalan yang agak landai
untuk turun kebawah, akhirnya pak Hadi turun ke bawah di sisi utara sungai yang airnya
sedang surut.
Ketika
pertama turun, pak
Hadi yang sejak siang telah menyusuri tempat ini menunjukkan pada saya sebuah
sumur yang bentuknya bulat dengan bata-bata
yang melengkung.
Dari tebing-tebing sungai tersebut tersisa struktur yang diduga sebuah bangunan. Pak Hadi terus menuju ke bawah jembatan menunjuk beberapa titik yang diduga ada jejak peradaban, bahkan menurutnya ada 3 sumur lagi di lokasi ini, hanya saja posisinya lebih kebawah sehingga terendam air. Karena waktu saya yang terbatas akhirnya saya meninggalkan lokasi tetapi sebelum saya pergi mas Sultoni dari Satrio Puser Mojopahit datang untuk meneruskan penelusuran sore itu bersama pak Hadi.
Setelah
melakukan olah lokasi bersama-sama
akhirnya kami semua membuat sebuah Maklumat bersama yang isinya seruan untuk
melakukan penyelamatan situs di tebing
sungai brantas khususnya, dan
situs-situs bersejarah lainnya. Mas
Tri Kisnowo Hadi dari PPI (Perhimpunan Pergerakan Indonesia) mengusulkan harus ada beberapa
orang yang tampil menyampaikan aspirasinya dalam maklumat budaya tersebut. Akhirnya disepakati bahwa Mas
Dalang dari Satrio Puser Mojopahit yang menjadi pembukanya, disusul saya sebagai perwakilan
dari Balasatya Wetan dan Garda Wilwatikta, lalu Mas Nizar dari Lakon Jagad, serta mas Tri Kisnowo Hadi.
Masing-masing menyampaikan sesuai
dengan kapasitasnya. Mas Dalang menyampaikan ajakan untuk turut serta uri-uri sejarah budaya nenek moyang
agar tetap lestari, saya
menyampaikan sedikit kronologi sejarah,
dilengkapi mas Nizar menjelaskan temuan-temuan
artefak yang ada, dan
mas Kisnowo Hadi menyampaikan agar pihak-pihak
yang punya wewenang dalam pelestarian baik pemerintah maupun independen untuk
segera turun tangan menyelamatkan situs tersebut.
Lihat Video Situs Sungai Brantas
Maklumat
budaya tersebut disiarkan secara live melalui media sosial oleh mas Bagus dari
PPI untuk disampaikan kepada publik,
khususnya media sosial agar diketahui masyarakat bahwa ada sebuah kumpulan
beberapa komunitas dalam ikut serta menyelamatkan dan melestarikan peninggalan
sejarah dan budaya Nusantara,
dengan harapan supaya masyarakat maupun pihak yang berwenang segera melakukan
upaya-upaya penyelamatan. Karena jika tidak, dikhawatirkan situs-situs tersebut akan lenyap. Demikianlah, setelah cukup membuat
dokumentasi di tebing
sungai Brantas tersebut akhirnya kami memutuskan untuk melaporkan temuan itu kepada Kepala Desa setempat.
Perwakilan
dari beberapa komunitas tersebut menyampaikan temuan dan maksud kami pada Kades
setempat yang direspon cukup baik oleh Kades. Bahkan
Kades pun heran dan bangga akan
kedatangan kami. Setelah
cukup melaporkan temuan hari itu,
kamipun meninggalkan rumah Kades untuk kembali ke rumah masing masing.
Besar harapan kami agar usaha
dan upaya kami ini mendapat respon positif dari masyarakat, pemerintah dan pihak terkait
dalam pelestarian sejarah. Akhirnya
saya selaku penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya pada seluruh teman
dari berbagai komunitas yang mendukung upaya pelestarian Sejarah Budaya
Nusantara.
Mohon maaf bila ada kata dan
tindak-tanduk saya, terutama tidak bisa
menyebutkan nama satu persatu teman-teman
yang hadir, dan
atas nama seluruh komunitas yang hadir kami menyampaikan terimakasih. Tak ada beban yang berat bila
dipikul bersama-sama...
Rahayu Rahayu Rahayu Sagung Dumadi... Salam Nusantara...
Luar biasa kerja sosial budaya teman2 pelestari situs sejarah. Semoga ditindaklanjuti oleh aparatur NKRI. Rahayu rahayu rahayu...
BalasHapusKomennya banyak orang gilanya
BalasHapus