G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

20 Mei 2018

STRUKTUR BATA (di Bekas Kadaton ALAS TRIK)


     Temuan struktur bata kuno yang ditemukan oleh Mbah Paiman (73 tahun) warga Dusun Klinter Desa Kedung Bocok Kecamatan Tarik Sidoarjo pada hari Sabtu 3 Februari 2018 pada pukul 15.00 WIB, di sebelah barat pemakaman Klinter. Adalah salah satu penguat awal adanya sebuah pemukiman kuno di desa tersebut.

Ternyata tidak lama setelah itu warga lainnya juga menemukan lagi struktur bata kuno di saluran air yang berorientasi utara-selatan. Kali ini yang menemukan yaitu bapak Mahfud seorang pegawai Balai Desa Kedung Bocok dan bapak Agus Suyatno seorang pedagang Sate di Klinter, kemudian disusul temuan ketiga yang kembali dipelopori mereka berdua.


 

     Temuan ketiga ini terletak di sebelah barat temuan pertama yaitu sebelah barat saluran air (patusan) dan sebelah selatan lahan tebu. Oleh Bapak H. Mochammad Ali Ridho (Kades Kedung Bocok) dilaporkan langsung ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan dengan menemui langsung Bapak Kepala Kasi Perlindungan dan Penyelamatan Drs. Edhi Widodo dikantornya. Atas laporan ini pihak BPCB segera menindak lanjuti dengan melihat langsung temuan-temuan tersebut pada tanggal 21 Februari 2018 yang dipimpin langsung Bapak Drs. Edhi Widodo. Dalam peninjauan tersebut hadir pula perwakilan dari Disbudpar Sidoarjo yaitu bapak Petrus, wartawan TVRI Surabaya dan TV ONE.


     Dalam kesempatan itu Bapak Edhi Widodo kembali menyatakan dugaannya bahwa disinilah Raden Wijaya menemukan buah yang berwarna hijau, yang kemudian dimakan yang ternyata rasanya pahit, dari peristiwa itulah kemudian tempat itu dinamakan Mojo-Pahit.

 

     Ternyata dari ketiga temuan tersebut, ditemukan lagi 2 temuan lain oleh warga Klinter yaitu di sebelah utara temuan ketiga dan di sebelah utara makam Klinter (sebelah timur pohon Kepuh). Lagi-lagi temuan-temuan tersebut dipelopori bapak Mahfud dan Bapak Agus Suyatno, mereka berdua selalu berkoordinasi dengan Kepala Desa dan juga 6 Komunitas Penggiat Sejarah dan Budaya Sidoarjo yang sejak 31 Desember 2017 lalu bekerja sama dengan Pemerintah Desa Kedung Bocok dalam upaya Pelestarian Sejarah dan Budaya khususnya di Desa tersebut.

 

     Dari kelima temuan struktur bata kuno tersebut yang polanya diduga terkait satu dengan lainnya, juga temuan berbagai tembikar, gerabah, uang koin dan pecahan terakota tersebut memunculkan sebuah hipotesa atau asumsi awal kalau di area temuan di atas ada sebuah tatatan pemukiman yang tidak biasa, terlebih adanya uji geo-listrik dan geo-radar dari ITS Surabaya baru-baru ini (Kami menunggu hasil final dari ITS) tentu saja hipotesa tentang adanya pesanggrahan atau kedaton awal Mojopahit bisa saja benar.



     Namun semua tentu saja harus dibuktikan dengan riset dari pihak yang berwenang dalam hal ini BPCB Jawa Timur, Balai Arkeologi Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sidoarjo.

 

     Sebagai warga Desa Kedung Bocok tentu saja ada sebuah keinginan agar pihak yang berwenang segera menindak lanjuti temuan-temuan di atas dengan segera supaya warga Kedung Bocok khususnya dan warga Kecamatan Tarik umumnya segera mengetahui sebenarnya apa dan bagaimana sejarah di wilayahnya. Dengan demikian semangat untuk melestarikannya agar semakin menguat.

Semoga ...!
Share:

2 komentar:

  1. Semoga instansi terkait bersama-sama menindaklanjuti lebih mendalam dan meriset hasil temuan di kedung bocok.

    BalasHapus
  2. Semoga instansi terkait bersama-sama menindaklanjuti lebih mendalam dan meriset hasil temuan di kedung bocok.

    BalasHapus

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta

Labels