Dusun Mojolebak adalah salah satu dusun di Desa Mojolebak
Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Di sebuah perempatan jalan desa terdapat
beberapa pohon yang cukup rindang yang berada di sudut jalan, yaitu sebuah
pohon Trenggulun dan dua buah pohon Kreta. Di bawah pepohonan tersebut ada
persebaran bata-bata kuno dan juga batu andesit.
|
Letak koordinat 7°24'53.3"S 112°26'59.2"E
|
Ketika lebih mendekat lagi kami mendapati banyak
bata kuno yang tersebar tidak beraturan, ada yang masih utuh dan ada pula yang
sudah pecah.
Terlihat pula beberapa batu andesit yang berbentuk kotak, persegi
panjang, segi tiga, sebuah yoni yang cukup besar, juga beberapa umpak, sebuah
pecahan Arca bagian bawah, dan sebuah Arca Nandi yang telah disemen.
|
Batu berlubang |
|
Arca bagian bawah |
Konon
menurut keterangan seorang warga yang kebetulan rumahnya ada di sebelah barat
Situs ini yaitu ibu Salma, menceritakan bahwa Arca Nandi ini pernah hilang
selama hampir sebulan, lalu diketemukan di daerah Tarik, tetapi dengan kondisi
kepalanya telah terputus, akhirnya oleh warga Mojolebak Arca Nandi tersebut
dikembalikan di posisinya semula yaitu di bawah pohon Trenggulun dengan bagian
bawahnya yang disemen (cor) agar tidak dicuri lagi dan bagian kepala yang telah
terputus disambung dengan semen sehingga terlihat seperti sekarang (ditambahi
Kepala baru).
|
Arca Nandi |
Menurut keterangan Ibu Salma dari orang-orang tua dahulu, tempat
tersebut dinamakan Situs Mbah Wali, tentang siapa Mbah Wali serta asal-usulnya
ibu Salma tidak begitu paham dan menyatakan yang paham adalah orang-orang yang
sering melakukan melekan disitu (tawwasul dengan Mbah Wali). Yang jelas sejak
dahulu di Situs Mbah Wali ini dijadikan tempat kenduren dan melekan oleh warga
setempat dan juga dari luar desa Mojolebak.
Menurut keterangan lain ada tempat semacam Situs
Mbah Wali ini, yaitu Punden Mbah Sentono, yang berada di selatan Sungai Marmoyo
yang masuk Desa Ngabar, tempat itu ada di tepi selatan sungai Marmoyo di makam
Ngabar yang terdapat dua buah pohon Beringin yang besar, namun mungkin dahulu
pernah dipugar sehingga tidak terlihat jejak kekunoannya. Menurut berita yang
beredar Mbah Sentono lebih muda dari Mbah Wali, tentu saja itu adalah kisah
yang bisa kami rangkum dari Cerita Rakyat setempat. Tentu apa dan bagaimana sejarah
kedua tempat tersebut harus ada penelitian yang lntensif dari pihak-pihak yang
berwenang. Tentu saja kami dari Komunitas Pencinta Sejarah Garda Wilwatikta
maupun dari komunitas yang lain hanya mengharapkan adanya perhatian dari semua
pihak terhadap kelestarian dan pengungkapan sejarah dari Situs-situs tersebut.
Semoga
bermanfaat
Salam Nusantara...
0 komentar:
Posting Komentar