G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

10 Agustus 2016

SEBUAH CATATAN PERJALANAN JEJAK (Dlanggu)


   Wrhaspati 4 Agustus 2016, Garda Wilwatikta kembali mencoba menelusuri jejak-jejak peradaban yang ada di kawasan Jrambe, Tegalsari, Puri, dan sekitarnya yang berada di Kecamatan Dlanggu dan Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto.


Peta Jrambe
   Tepat pukul 08.00 WIB kami bertiga (Eko Jayanto, Abdul Aziz, dan Penulis) berangkat dari Base Camp menuju Desa Jrambe yang masuk Kecamatan Dlanggu. Perjalanan kami menuju desa tersebut dipandu oleh mas Aziz dengan memakai petunjuk Google Maps, setelah 25 menit kami memasuki Desa Jrambe yang kontur tanahnya seperti perbukitan yang naik turun.



   Kami langsung menuju sebuah pertigaan desa, di sana kami berhenti sejenak dan melihat-lihat situasi, dan kebetulan didekat sebuah sungai kecil di dalam rerimbunan pohon bambu ada seorang warga sedang membuat jembatan bambu, kami bertanya pada bapak tersebut yang ternyata bernama Pak Imam Samsudin.


   Menurut bapak Imam Samsudin di Dusun Jrambe ini ada kalanya kalau menggali tanah seringkali menemukan bata-bata kuno atau batu andesit yang dibentuk, namun karena bata-bata tersebut tidak membentuk sebuah struktur atau pola sehingga kebanyakan warga mengabaikannya. Ketika kami menanyakan sebuah Punden yang tak jauh dari tempat itu, Beliau bilang tidak mengetahui secara pastinya siapa yang dimakamkan di situ dan bagaimana sejarahnya, Pak Imam hanya tahu kalau makam itu adalah makam Leluhur yang membabat Alas dusun Jrambe.
>>>Lihat video disini


   Namun menurut keterangan dari pemuda setempat yang bernama mas Andri Bayu (yang kebetulan teman dari mas Aziz), diceritakan bahwa dahulu kala ada seseorang yang datang dari jauh dan melewati hutan yang terdapat banyak sekali Pohon Jambe (sehingga dinamai hutan Jambe), kemudian orang tersebut ingin membangun tempat tinggal di Hutan Jambe ini. Ketika menebangi Pohon Jambe untuk membangun sebuah rumah, orang itu beristirahat dan merasa kehausan, kemudian Ia melihat ada pohon Jeram (jeruk) dan diambilnya buah jeruk untuk melepas dahaga. Jadi asal-usul Desa Jrambe diambil dari nama Pohon Jambe dan Pohon Jeram. Dan sekarang desa tersebut terdapat tiga dusun, yaitu Dusun Jrambe, Dusun Kauman, dan Dusun Sumber Agung.


   Kemudian kami menuju sebuah Punden lain yang letaknya tak jauh dari punden pertama, di sana terdapat beberapa makam dan juga terdapat sebuah Lumpang. Menurut informasi mas Andri, dulu pernah ada warga yang menggali tanah di sebelah utara punden ini dan menemukan bata-bata kuno, oleh warga bata-bata tersebut dinaikkan ke atas dan digunakan untuk Nisan atau sekedar ditata saja, entah karena itu atau ada sebab lain warga tersebut tak lama kemudian meninggal dunia, hal inilah yang membuat warga Jrambe takut sehingga mengembalikan bata-bata kuno tadi. Juga lumpang yang ada di depan makam tersebut berasal dari pemukiman warga yang dipindahkan ke sana supaya tidak meresahkan.



   Dari kedua punden tersebut kami diantar oleh mas Andri menuju dua buah pemakaman, yaitu pemakam Dusun Kauman dan pemakaman Dusun Jrambe. Dari penelusuran kami di kedua pemakaman tersebut, terdapat bata–bata kuno yang telah beralih fungsi menjadi Nisan atau sekedar ditata sebagai pembatas makam.



   Kemungkinan bata-bata tersebut diperoleh dari dalam tanah yang diangkat ketika ada penggalian untuk mengubur jenazah.


Peta Punden Puri
   Dari sana kami segera menuju sebuah punden yang berada di Desa Tegalsari, letaknya sekitar 3 Km dari Desa Jrambe. Di sana terdapat sebuah pohon besar yaitu Pohon Iprik yang dikeramatkan oleh warga sekitar, pohonnya yang rindang dan suasananya sangat sejuk tetapi cukup mengesankan adanya aroma mistis karena juga ada bekas kembang dan dupa.


   Di bawah pohon raksasa ini terdapat beberapa balok andesit yang ditata, juga pecahan bata kuno tersebar juga terjepit diantara akar–akar pohon.



   Terlihat berapa balok andesit yang juga terjepit, mungkin juga ada sesuatu yang terpendam di bawah pohon tersebut.


   Menurut keterangan Ibu Pemilik warung yang ada di dekat Punden yang disebut sebagai Punden Mbah Gelang Kakung ini sering dijadikan tempat untuk menyepi, berziarah, dan bahkan sempat ditayangkan pada sebuah program Acara di TV Swasta Nasional beberapa tahun silam. Konon dari Acara tersebut digambarkan ada Jin penunggu pohon ini yang bernama Ki Suryo yang mempunyai Pusaka terkenal yaitu Keris Nogo Sosro. Benar tidaknya semua itu kita tidak bisa memastikannya juga, konon ada yang menyebutkannya tempat ini adalah bekas Pertapaan atau Pemujaan sejak era Kerajaan Mojopahit.



   Selanjutnya kami menuju sebuah Situs atau Punden Mbah Gelang Putri yang berada di sebelah Lapangan Puri, Desa Puri yang dekat dengan Kantor Kecamatan Puri. Menurut keterangan warga situs ini berhubungan dengan Punden Mbah Gelang Kakung, memang kalau dilihat dari namanya memang terkesan ada keterkaitannya. Di sini juga terdapat beberapa Balok Andesit yang ditata sedemikaian rupa, juga bata-bata kuno yang terdapat di bawah kedua pohon tersebut, dan juga terdapat bekas dupa yang dibakar di atas salah satu batu, sama seperti di Punden Mbah Gelang Kakung Tegalsari tadi.

   Demikianlah Perjalanan Penelusuran Jejak Paradaban Leluhur kali ini, semoga dengan semakin banyaknya pengetahuan kita akan Situs-situs Peninggalan Leluhur Nusantara akan semakin membuka kesadaran kita semua untuk mencari, mengaplikasikan dalam kehidupan masa kini maupun masa depan dan melestarikannya. Terimakasih…

Salam Nusantara... 
Jaya Jaya Jaya Jaya Wijayanti….

Share:

1 komentar:

  1. nah .. ini nih... ka;au Puri itu Tempat Kedaton, Tempat istirahat Raja dan pemaisuri .... kalau Bangsal bisa disitilahkan Markas Besar tempat Kerja...
    Bahkan Yai Agus Sunyoto (Atlas Walisongo) pernah bilang ke saya Bahwa MABES dari Gajah MAda ya di SPN (Sekolah Polisi Negara) di Bangsal itu ...

    BalasHapus

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta