G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

14 September 2016

MENDORO NANG NDORO DEN AYU

Pendopo Ndoro Den Ayu
   Konon begini kisahnya tentang sebuah kompleks makam yang dikeramatkan warga di kawasan Tado. Dahulu kawasan makam ini terkenal sangat wingit, terdapat pohon beringin yang besar berada di sisi selatannya, rimbun alang-alang dan semak belukar setinggi satu meter mengelilinginya, sinar matahari sulit menembus karena saking lebatnya dahan-dahan pohon yang saling bertautan sehingga menambah kesan mistis dan angker tempat ini. Hanya sedikit orang yang berani memasuki kompleks makam yang dikelilingi makam umum tersebut.


Pemakaman Tado
   Konon diantara makam tersebut ada sebuah makam yang paling dikeramatkan yang sering kali diziarahi orang dari jauh, seperti dari Cepu, Jakarta, Bojonegoro, Blora serta beberapa daerah lainnya. Makam tersebut sering disebut dengan nama Makam Ndoro Raden Ayu. Itulah yang sering disebutkan orang, dan siapakah sebenarnya sosok Ndoro Raden Ayu dan beberapa makam yang ada di dalam bangunan tersebut?

Dialog dengan kuncen makam Tado
   Adalah bapak Syamsi seorang penjaga makam atau biasa disebut juru kunci dari Ndoro Den Ayu, yang telah mengabdikan dirinya selama kurang lebih 64 tahun menjadi juru kunci. Beliau menceritakan tentang siapa Ndoro Den Ayu dan keberadaan makamnya di pemakaman Dusun Tado ini. Lelaki yang berusia delapan puluh tahunan lebih ini menyebutkan ada beberapa orang yang ziarah atau beliau menyebutnya dengan istilah "Mendoro" artinya datang bertamu, berziarah ke Cungkup Ndoro Den Ayu dengan berbagai keinginan atau minta didoakan keinginannya melalui Tawassul lewat makam Ndoro Den Ayu. Diantara orang-orang yang mendoro itu ada beberapa orang berpakaian putih-putih yang menutup hingga kaki, ketika memasuki area pemakaman Tado dan mengelilingi kompleks makam keramat ini mereka langsung berhenti dan duduk bersila di depan pintu makam Ndoro Den Ayu sambil bersikap menyembah, salah satu diantaranya berkata "Mojopahit ada disini", kemudian mereka merangkak masuk ke pendopo dengan sikap layaknya menghadap raja di Keraton Jogja. Kemudian pak Syamsi membuka pintu pendopo dan Cungkup Ndoro Raden Ayu.

Pintu masuk cungkup
   Dari kejadian yang disaksikan bapak Syamsi tadi itulah, akhirnya pak Syamsi beranggapan kalau Makam Ndoro Den Ayu adalah sosok putri dari Mojopahit yang kemudian kisah ini menyebar ke warga sekitarnya.

Makam Raden Suroso
   Menurut cerita pak Syamsi yang beliau juga diberitahu seorang sesepuh dusun setempat bahwa nama sebenarnya Ndoro Raden Ayu adalah Ndoro Raden Ayu Dewi Maninten. Lantas siapakah sebenarnya beliau itu? Apa mungkin Dewi Maninten itu adalah Putri Retno Manik Maninten putri dari Prabu Kertawijaya yang keempat (yang diperistri adipati gagelang) ???



  Sedangkan sebuah makam yg ada di sebelah timurnya adalah putranya yang bernama
Raden Bagus Panji Untung. Sedangkan sebuah makam yang ada di luar cungkup tepat di sebelah makam Ndoro Den Ayu adalah kakak sang Dewi Maninten yaitu Raden Suroso, yang konon menurut cerita makamnya tidak mau ada di dalam cungkup. Dan makam yang berada di pendopo sebelah selatan cungkup Ndoro Den Ayu ada makam Raden Sedono, makam Jeng Renggo, makam Jeng Sunarni, makam Jeng Sunarmi.

Makam di dalam pendopo
   Pak Syamsi juga bercerita bahwa orang yang mendoro tadi kalau sudah mendapatkan apa yang diinginkannya (keuntungan, Bagus Panji Untung) harus didanakan (Sedono), rejeki harus diberikan sebagian untuk orang yang membutuhkan (Renggo), jangan dilupakan dan harus dirasakan, harus hemat (gemi, Sunarni) dan hati-hati dalam mengelolanya (Sunarmi). Jika ditarik sebuah kesimpulan nama makam-makam yang disebutkan tadi adalah sebuah pelajaran kehidupan.

Ornamen Mahkota Bunga Kusuma Bangsa
   Dari dialog dengan Pak Syamsi yang sudah bertugas sejak zaman Bung Karno diatas, didapat juga keterangan tentang adanya Bata kuno yang sudah ada sejak dulu, juga batu andesit yang jadi nisan dimakam umum, namun beliau tidak paham dari mana asalnya.

Batu Andesit
Batu Putih dan Bata Kuno
Andesit yang jadi nisan
   Dari pemakam Tado ini tepatnya sebelah timur utara, pak Syamsi dulu ketika masih muda pernah diminta oleh seorang warga untuk menguras sebuah sumur kuno, sebuah sumur yang terbuat dari bata kuno yang melengkung. Menurut cerita beliau dalam menggalinya sendirian menemukan sepasang sendok dan garpu yang cukup besar dan berat, yang aneh sendok dan garpu tersebut tetap mengkilat walau terpendam dalam tanah. Karena ketakutan maka pak Syamsi meninggalkannya dalam sumur itu dan bergegas meninggalkan tempat itu. Sekarang sumur tersebut kemungkinan masih ada namun telah kembali terpendam.

Batu pipisan
   Dari hasil dialog dan penelusuran kami sebelumnya (Jejak Peradaban Tado) tentang adanya batu pipisan, dugaan adanya sumur-sumur kuno yang berada di sebelah barat pemakaman Dusun Tado ini sedikit membuat dugaan adanya peradaban di dusun ini. Setidaknya bekas pemukiman kuno.

   Demikianlah penelusuran Garda Wilwatikta di Dusun Tado Desa Singkalan Kecamatan Balongbendo - Sidoarjo, Maturnuwun…

Salam Nusantara
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta