Ketika sore hari empat orang Pecinta dan pemerhati Sejarah mendatangi rumahnya Bapak Kades Suwaluh H. Mochammad Heru Sulthon yang berada ditepi jalan Raya Mojokerto Surabaya sebelah Utara , mereka adalah Sigit Hariadi, Burhan Fatahilah, Ikhwan Darmo dan Aris Kusbiyanto . Ketika itu menjelang Maghrib Abah Heru begitu nama Kades biasa disebut mempersilakan keempat tamunya , mereka pun masuk diruang tamu , Ikhwan Darmo salah seorang yang berusia paling matang memulai pembicaraan tentang kemungkinan izin dari Kades Suwaluh untuk pembukaan sebuah tempat yang diduga sebuah Situs peninggalan Purba yaitu Situs Pelawangan .
Setelah terjadi proses pembicaraan tentang latar belakang dan alasan mengapa Situs tersebut harus dibuka, Abah Heru pada intinya menyambut baik keinginan keempat Pecinta dan pemerhati Sejarah , namun Beliau akan mengkomunikasikan dengan pihak - pihak terkait dalam hal ini seperti para pemilik tanah dan perangkat Desa secara keseluruhan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan , pada kesempatan ini Sigit Hariadi sedikit menceritakan tentang kisah Situs Pelawangan dan beberapa kegiatan sebelum nya dengan yang dilakukan dengan sejumlah tokoh .
Sejak saat itu dilakukan pertemuan- pertemuan intensif baik itu di rumahnya Abah Heru atau di Balai desa Suwaluh , sekitar awal bulan Februari 2014 mereka amat inten melakukan pertemuan tersebut sampai akhirnya dicapai kesepakatan bahwa pembukaan Situs Pelawangan akan digunakan tanggal 14 Februari 2014 . Dari sering nya pertemuan dengan Kades maupun perangkat Desa lainnya ditemui keanehan - keanehan , misalnya dalam tata Pemerintahan desa Suwaluh terdapat dua dusun , yaitu dusun Pelawangan Utara ( Suwaluh Utara ) yang Kasun nya ibu Yuli dan dusun Pelawangan selatan ( Suwaluh Selatan ) dengan Kasun nya bapak Mulyono , dari sini masyarakat Suwaluh secara turun-temurun menyebut dua tempat yang lebat dengan pepohonan ditengah persawahan desa adalah Pelawangan , yang sebelah Utara disebut Pelawangan lor dan yang Selatan Pelawangan kidul . Menurut legenda setempat konon dikedua tempat ini dihuni Naga atau Ular raksasa , di Pelawangan lor menurut warga ada sebuah sumur yang terdiri dari susunan bata kuno melingkar disebut sumur Lanang sementara di Pelawangan kidul ada sumur yang berbentuk kotak disebut sumur Wadon , bisa disimpulkan dari bentuk kedua sumur tersebut mengisyaratkan kalau Naga yang menghuni Pelawangan lor adalah Naga laki- laki atau Lanang sementara di Pelawangan kidul adalah Naga perempuan atau Wadon .
Justru yang aneh kedua Kasun tersebut malah menjadi pamong di kedua tempat yang tidak berpenghuni alias hanya persawahan belaka ! Ketika ditanya tentang hal itu Bapak Mulyono tidak dapat menjawab nya karena kenyataannya kedua tempat itu tidak ada warga yang tinggal di sana demikian pula Ibu Yuli juga tidak bisa menjawab nya , lantas dengan nada bercanda Abah Heru berkata ," Berarti pak Mulyono punya warga demit ?". Mereka semua senyum - senyum dan merasa heran kenapa semua itu bisa terjadi .
Dari keterangan warga kalau bata- bata kuno di Pelawangan lor telah diambil warga untuk pondasi beberapa rumah, untuk Pelawangan kidul relatif masih utuh karena warga takut memasuki nya karena banyaknya cerita dan kejadian- kejadian menyeramkan di sana, terutama tentang mitos Naga , lantas kenapa di Pelawangan lor warga berani mengambil bata -bata kunonya ? Hal ini terjadi mungkin karena kesalahan penempatan Kasun nya ... Seharusnya di Pelawangan kidul Kasun nya perempuan bukan laki-laki demikian pula sebaliknya , demikian penjelasan Sigit Hariadi .
Pembukaan Situs Pelawangan diawali dengan Tumpengan pada hari Respati Kamis Kliwon 13 Februari 2014 di Balai Desa bersama warga dan di situs Pelawangan kidul , entah kebetulan atau tidak setelah seluruh anggota team keluar dari situs beberapa menit kemudian terdengar berita kalau gunung Kelud meletus mengeluarkan abu bahkan di desa Suwaluh malam itu juga , jadi sebagai pengingat kapan pembukaan Situs Pelawangan yang izin resmi nya memakai nama BALASATYA WETAN LAKON JAGAD ( yayasan Jagad Wetan ) adalah waktu gunung Kelud meletus yaitu 14 Februari 2014.
Setelah hampir tiga Bulan eskavasi telah sampai pada pembukaan tanah didepan kepala Sang Naga , pemuda dan warga mulai turun membantu proses tersebut , hingga akhirnya kisah yang sempat terlupakan kembali teringat yaitu dahulu kalau banyak spiritualis dari sekitar desa Suwaluh berlomba-lomba mencari ILER NOGO atau air liur Naga , bagaimana kisahnya?
Dahulu bila ada warga yang sakit keras dan sulit untuk disembuhkan maka mereka akan mencari air liur Naga , itu berdasarkan petunjuk dari para spiritualis yang prihatin karena banyak warga yang sakit , entah ada atau belum yang menemukan ILER NOGO tadi sampai sekarang belum ada yang tahu pasti .
Menurut legenda yang berkembang dulu terdapat patung Naga yang besar di Pelawangan kidul , dari mulut nya patung itu keluar air , mungkin dari sana lah legenda ILER NOGO itu berasal tetapi ada pula informasi lain kalau air yang dimaksudkan ILER NOGO itu berasal dari delapan mata air yang berbeda biasa disebut air yang berasal dari sumur Windu .
Menurut hasil uji test di laboratorium Petrokimia Gresik air dari sumur Wadon Pelawangan kidul PHnya cukup baik yaitu 7 , warnanya cukup bening , baunya tidak banger tetapi terlalu banyak mengandung zat besi , mungkin hal itu karena lama tidak dikuras dan dibersihkan .
Tentang air yang disebut ILER NOGO tadi kami berkesimpulan tidak jauh dari hasil laboratorium diatas bahkan mungkin jauh lebih baik dari pada air sumur Wadon karena berasal dari delapan sumber mata air yang berbeda , tentu kandungan - kandungan mineral nya lebih banyak dan lebih kaya nutrisi nya berguna bagi siapa saja yang meminum nya , termasuk kemungkinan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti legenda diatas , tetapi semua itu perlu pengujian dan penelitian lebih lanjut ... Sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara medis dan ilmiah ..
Juli 2014.
Terimakasih ...
Sumber Buku Mengais Jejak Bumi Kahuripan .
0 komentar:
Posting Komentar