Pada kesempatan kali ini, Senin
9 Mei 2016 Team Garda Wilwatikta Tado Singkalan kembali menelusuri jejak
peradaban kuno di suatu dusun di wilayah Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto,
yaitu di Dusun Panggul. Pagi yang cukup cerah itu penulis mengajak putri sulungnya
untuk ikut menyertainya. Seorang anggota komunitas Garda Wilwatikta dari
Mojokerto menjadi pemandu penelusuran hari ini yaitu mas Alpandi Mustofa.
Sekitar pukul 09.00 WIB Team
Garda Wilwatikta berangkat dari Jati Wetan Lengkong menuju Dusun Punggul. Dalam
perjalanan sekitar 15 menit tersebut kami melewati jalanan pedesan yang
berkelok-kelok, banyak tempat-tempat yang mengundang rasa penasaran untuk
menelusurinya.
Setelah 15 menit kemudian kami
memasuki persawahan Dusun Punggul yang berbatasan dengan Dusun Hustem, kontur
tanah di daerah ini naik-turun seperti daerah perbukitan, namun hal tersebut
tidaklah seperti dugaan kami, kontur tanah yang naik-turun itu dikarenakan
adanya penggalian tanah untuk pembuatan bata merah di berbagai tempat di daerah
ini. Setelah melewati sebuah sungai yang cukup dalam dengan jembatan beton yang
lebarnya hanya satu meter tanpa pagar, kamipun berhenti di dekat sebuah pohon
Kepuh besar yang terdapat sebuah makam. Mas Alpandi Mustofa mengajak kami
melihatnya dan mengambil dokumentasinya.
Di bawah pohon Kepuh yang besar
tersebut ada sebuah makam, terdapat pecahan bata kuno dan batu pipisan, melihatnya
timbullah dugaan awal kami yaitu adanya bekas pemukiman kuno di sini. Beranjak
dari Pohon Kepuh yang kemungkinan besar adalah Punden Dusun, mas Alpandi
mengajak kami melihat sawahnya yang letaknya di sebelah utara sekitar seratus
meteran. Karena baru ditanami padi kami pun tidak jadi menelusuri jejak bata
kuno maupun bekas sumur kunonya.
Kami pun menuju sebuah Linggan
(tempat pembuatan bata merah) yang letaknya di sebelah selatan pohon Kepuh tadi,
sekitar 60-an meter. Mas Alpandi segera menunjukkan bata-bata kuno yang
berserakan di sepanjang jalanan tanah turun ke Linggan, ada bata kuno yang jadi
pemberat terpal supaya tidak bergeser. Kemudian kami menuju sebuah sumur kuno
yang berbentuk bundar di bawah pohon keres.
Yang menjadi pertanyaan kami
kenapa sumur tersebut tidak dibongkar ketika terjadi penggalian tanah untuk
pembuatan bata merah? Ternyata menurut keterangan salah seorang warga setempat
yang diwawancarai mas Alpandi beberapa waktu yang lalu karena warga takut
karena sumur kuno tersebut ada penunggu ghaibnya. Memang kalau melihat kondisi
tempat itu yang disana-sini ada penggalian tanah untuk pembuatan bata sangat
memprihatinkan, banyak bangunan-bangunan yang diduga kuat adalah situs peninggalan
bersejarah ikut rusak, hancur, dan hilang tak berbekas.
Perlu turun tangan dari
berbagai pihak yang terkait dalam Penyelamatan Situs Budaya terutama BPCB Jawa
Timur untuk menanganinya agar tidak semakin luas kerusakannya. Dari Sumur ini kami
menuju sebuah tumpukan bata kuno yang ada di sebelah barat sumur tadi sekitar
40-an meter.
Dalam tumpukan bata kuno yang
kemungkinan dikumpulkan warga ketika penggalian tanah terdapat beberapa pecahan
batu pipisan yang terbuat dari batu Andesit, hal ini semakin memperkuat dugaan
kami tentang adanya pemukiman kuno di tempat ini, berikut beberapa foto
dokumentasi kami.
Demikianlah Penelusuran Jejak
Peradaban yang kami lakukan di Dusun Punggul, semoga akan ada upaya nyata dari
istansi terkait sehingga tidak terjadi kerusakan pada situs-situs yang masih
belum terdata tersebut, terutama agar komunitas pecinta sejarah dan budaya setempat seperti Mojopahit Lelono bisa melestarikan nya , terimakasih…
Lihat video disini
0 komentar:
Posting Komentar