G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

20 Januari 2016

JEJAK PERADABAN DI PRINGGODANI

   Jika kita mendengar kata Pringgodani, maka kita akan teringat sebuah kerajaan yang ada dikisah pewayangan Jawa dalam serial Mahabharata. Dalam kisah itu Pringgodani adalah sebuah negeri tempat kelahiran Gatot Kaca Otot Kawat Balung Wesi putra dari Werkudara salah satu Pandawa yang terkenal dengan Godo Rujak Polonya.

   Dusun Pringgodani terletak di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Di sini lekat dengan Mitos Pewayangan, khususnya Gatot Kaca, hal ini sering disebutkan warga kalau di Dusun ini ada sebuah tempat yang dikatakan sebagai Petilasan dari Gatot Kaca, bahkan ada yang mengatakan itu adalah makamnya Gatot Kaca, tempat itu sekarang dinamakan Krapyak oleh warga.


   Krapyak ini terletak di Kepolo, sebutan warga untuk jalan yang ada diantara persawahan yang ditumbuhi pepohonan Bambu (barongan). Krapyak dalam kondisi sekarang telah berubah bentuk seperti gambar di bawah ini yang lebih menyerupai sebuah Gardu yang disemen.

   Menurut informasi seorang warga yang bernama Sudarman, dahulu sebelum Krapyak dibangun (disemen) kondisi Krapyak seperti sebuah batu yang mempunyai motif seperti tikar (keloso) yang berukuran 1 x 2 meter, juga terdapat sebuah Gentong yang terbuat dari batu Andesit yang dikelilingi pagar bata kuno dan ada semacam gapuranya, tidak jelas gapuranya menghadap kemana. Kini yang tersisa di Krapyak adalah sebuah lubang yang ada diujung barat utara lantai semen, yang dibuat untuk membakar dupa atau kemenyan.

   Kami lantas mencari informasi dari beberapa orang warga yang kebetulan ada di dekat Krapyak tentang kemungkinan adanya sumur atau peninggalan-peninggalan lainnya. Setelah beberapa saat berbincang dengan warga, kami mendapatkan informasi kalau di persawahan sebelah utara Krapyak dulu pernah ada sebuah sumur kuno yang terbuat dari bata-bata yang melengkung, bahkan dulu masih dipergunakan warga untuk menyirami tanamannya. Kami segera menuju tempat yang dimaksudkan warga yaitu persawahan yang ditanami jagung. Setelah blusak-blusuk diantara tanaman jagung kami tidak menemukan sumur tersebut, tetapi malah menemukan bata-bata kuno yang berserakan di galengan maupun gumukan di sana. Dari banyaknya temuan ini kami mulai berasumsi kalau dulu di sekitar Krapyak pernah ada suatu Peradaban Kuno, entah peradaban apa itu. Mungkinkah berhubungan dengan kisah Gatot Kaca pada Pewayangan Jawa atau Kerajaan yang pernah ada di dekat wilayah Sidoarjo.



   Sebelum ke Krapyak kami terlebih dahulu menelusuri pemakaman Dusun Pringgodani, yang letaknya sekitar 300 meter sebelah barat Krapyak. Di pemakaman Pringgodani ini terdapat 3 buah pohon yang menurut kami telah berusia ratusan tahun.

   Terdapat banyak bata-bata kuno yang beralih fungsi menjadi nisan atau sekedar dijadikan pembatas makam maupun sebagai alas makam. Menurut informasi warga, dulu pernah ada seorang Pangeran dari Madura yang merapat di tepi Sungai Mas beserta para prajurit-prajurit pengikutnya. Dan dahulu kala Pringgodani adalah sebuah hutan Bambu yang wingit, siapapun yang masuk wilayah ini tidak akan pernah kembali lagi. Suatu hari datanglah rombongan Pangeran Jadi naik kapal dari arah timur, entah karena perbekalannya habis atau sebab lain akhirnya rombongan itu memutuskan untuk merapat di pesisir sungai. Tempat bersandarnya kapal Pangeran Jadi disebut Punden Doro yang letaknya di ujung barat Dusun persis di tepi Sungai Mas.



   Dari penelusuran di pemakaman Pringgodani kami lanjutkan menuju sebuah rumah yang ada di timur persawahan Krapyak. Menurut informasi seorang warga setempat kami disuruh menuju ke belakang rumah, di sana kami ditunjukkan sebuah sumur kuno yang sampai sekarang masih difungsikan. Hanya bagian atas dari sumur itu sudah ditambah dengan bata bata sekarang dan telah disemen dan juga ditunjukkan sebuah Yoni atau Lumpang.


sumur kuno yang masih digunakan hingga sekarang


   Dari perbincangan dengan beberapa warga yang ada di tempat itu, kami mendapatkan informasi tentang adanya struktur pondasi bata kuno yang ada di area persawahan sekitar rumah warga tersebut. Kami semakin penasaran dengan keterangan dari warga tersebut, dengan segara kami pun turun ke sawah yang sedang dalam keadaan kering-kerontang karena musim kemarau.

   Di area persawahan ini kami menemukan pecahan bata kuno yang berserakan di gumuka, galengan dan berbagai tempat di sana. Satu lagi informasi yang membuat kami penasaran adalah ketika musim tanam padi tiba, para warga akan turun ke sawah, maka ketika kaki mereka menginjak sawah seperti ada lantai atau pondasi dari bata yang membentang dari arah utara ke selatan.

   Demikianlah Penelusuran Jejak Peradaban di Dusun Pringgodani, semoga ada manfaatnya bagi pelurusan Sejarah Nuswantara, terimakasih...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta

Blog Archive