Begitu banyaknya cerita tentang banyaknya peradaban yang ada di Nusantara khususnya di Jawa, baik cerita itu berasal dari cerita rakyat ataupun yang sudah diteliti oleh pihak yang dianggap berkompeten yang sudah disepakati sebagai catatan sejarah masa lalu. Namun banyak dari semua itu baik yang sudah jadi literatur maupun yang masih bersifat cerita rakyat sedikit sekali bukti arkeologisnya, atau setidak-tidaknya sisa dari adanya peradaban tersebut.
Bagaimana semua
peradaban-peradaban dari kerajaan-kerajaan tersebut bisa hilang bahkan terkesan
tiada sama sekali? Tentu saja banyak sekali faktor penyebabnya. Faktor alam
yaitu adanya bencana alam seperti gunung meletus yang material letusannya bisa
menghancurkan sebuah kota sekaligus menimbunnya sehingga lenyap, juga gempa
bumi ataupun banjir yang bisa juga menyebabkan kehancuran.
Selain faktor alam
yang menyebabkan kehancuran peradaban dan melenyapkannya adalah faktor
manusianya, seperti adanya peperangan antar kerajaan tersebut. Namun ada juga
sebuah alasan yang cukup menghebohkan yaitu adanya sebuah hipotesa yang tahun-tahun
belakangan ini cukup familiar yaitu adanya sebuah situs peradaban yang sengaja
dipendam sendiri oleh pihak tertentu dimasa lalu demi menyelamatkannya dari
pengerusakan. Tentu saja semua faktor di atas merupakan hasil hipotesa dari
para ahli sejarah dalam memahami temuan-temuan arkeologis yang telah ada selama
ini.
Dalam hal ini kami
mendengar dan mengikuti langsung pengalaman dari Komunitas Pecinta dan Pelestari
Budaya Nusantara Lakon Jagad, dalam
kesempatan ini kita bersama salah satu anggotanya yaitu mas Agus Mulyono.
Dalam kesempatan
Sabtu 8 Oktober 2016 kami mengajak mas Agus Mulyono untuk melihat temuan
struktur bata kuno di Dusun Gapuro Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten
Mojokerto yang telah beredar beritanya di media sosial beberapa waktu yang lalu.
penemuan situs Mojojajar |
Dalam perjalanan
penulis sengaja mengajak salah satu penggali situs Terung tersebut ke sebuah
punden di Desa Mojolebak Jetis-Mojokerto. Situs Mojolebak tersebut terdapat
beberapa balok andesit yang berlubang, pecahan arca, umpak andesit, sebuah
patung Nandi yang terpotong kepalanya, sebuah yoni dan bata kuno yang
berserakan, penulis langsung mengajak mas Agus Mulyono ke tempat tersebut.
Situs Mojolebak |
Mas Agus Mul begitu
sapaan akrabnya cukup senang karena simpul-simpul tanda adanya peradaban masa
silam masih bisa didapati sekalipun sudah tidak utuh lagi bentuknya seperti
yang penulis sebutkan di atas, seperti Yoni, pecahan Arca, Arca Nandi, Balok Andesit
yang berlubang dan umpak. Menurut pengalaman mas Agus Mul yang telah menelusuri
jejak peradaban di Sidoarjo menyebutkan kalau situs Mojolebak ini cukup aman
dari intervensi peradaban yang lebih muda, kenapa demikian? Karena jauh dari
makam ataupun masjid, pondok ataupun pemukiman penduduk. Relatif cukup utuh dan
kalaupun diadakankan penggalian sangat dimungkinkan masih ada struktur bangunan
di bawah permukaan tanah.
Dari situs
Mojolebak kami menuju Dusun Gapuro. Setelah beberapa saat kemudian kami tiba di
lokasi, di sana telah menunggu mas Aziz salah satu anggota Garda Wilwatikta
untuk bersama menelusuri jejak peradaban.
Di temuan struktur bata
di sebidang tanah yang hendak dibangun polindes itu kami melihat galian di titik
temuan ke 3 dan ke 4 yang terlihat adanya bata kuno yang tiada beraturan. Setelah
cukup mengambil dokumentasi kami menuju pemakaman Dusun Sumbersari yang masih di
wilayah Desa Mojojajar untuk menelusuri jejak peradaban di sana, sementara itu mas
Aziz kembali ke Singkalan setelah mengantar keponakannya pulang.
Kamipun memasuki pemakaman
Sumbersari yang terlihat di tengah persawahan. Dalam penelusuran ini, penulis
mengikuti mas Agus Mul mendapati beberapa benda artefak yang mengindikasikan
adanya sebuah pemukiman yaitu banyaknya bata-bata kuno yang masih utuh maupun
yang sudah pecah. Adanya bata lengkung (yang umumnya digunakan untuk sumur),
pecahan gerabah dan pecahan batu andesit bekas dari sebuah benda atau mungkin
arca.
Dari temuan di pemakaman
ini kami beranggapan bahwa persebaran situs tidak hanya berada di Gapuro saja,
tetapi ada banyak dan merata di Desa Mojojajar ini.
pemakaman Sumbersari |
Setelah puas
menelusuri jejak peradaban di Mojojajar, penulis mengajak mas Agus Mul menuju
Candi Sumur Gantung yang terletak di Desa Berat Wetan. Sebuah situs yang diduga
bangunan sebuah candi.
Kamipun masuk area
candi yang telah masuk Situs Cagar Budaya BPCB Trowulan itu. Kebetulan rumah bapak
Sukanan (juru peliharanya) berada di sebelah barat situs candi dan beliau sedang
ada disana sehingga penulis menyapa beliau dan memperkenalkan mas Agus Mul, sementara
mas Agus Mul sibuk mengamati situs penulis berbincang-bincang dengan bapak
Sukanan.
Setelah mengamati
dan berbincang dengan seorang warga, mas Agus Mul mempunyai sebuah pendapat kalau
Candi ini sebagian besar masih terpendam di bawah permukaan tanah sekitar 55 %,
Jadi yang terlihat itu adalah bagian atasnya saja. Kenapa Mas Agus Mul
berpendapat demikian? Karena ratusan tahun yang lalu bisa saja ada bencana alam
yang menimbun permukaan tanah termasuk menutup badan candi ini, dan itu
berlangsung berulang-ulang, karena dari ratusan tahun itu sangat mungkin ada
beberapa kali letusan gunung berapi yang meletus dan memuntahkan lahar yang
materialnya mampu menutupi tanah sehingga permukaannya semakin meninggi.
bata kuno di Candi Sumur Gantung |
Dan dari semuanya
itu penulis menyimpulkan bahwa hilangnya peradaban memang bisa terjadi karena beberapa
faktor seperti yang disebutkan diawal, yaitu faktor alam dan faktor manusia
yang motifnya juga beragam seperti karena perang atau sengaja dipendam yang
masing-masing punya alasan tersendiri, atau juga adanya faktor religi dari
masyarakat dahulu untuk memohon doa kepada Tuhan untuk menurunkan bencana agar
peradabannya tertutup sehingga suatu saat nanti bisa dibuka dan disaksikan anak
cucunya dikemudian hari.
Demikian cerita
perjalanan dari kami, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah kata,
semoga kita dapat menjaga dan memelihara peninggalan-peninggalan leluhur kita
untuk kejayaan dimasa mendatang. Terimakasih…
Salam Nusantara…
0 komentar:
Posting Komentar