G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

21 Mei 2017

Misteri Lumpang di Makam Mbah Derpo


   Lumpang adalah sebagai salah satu peralatan dalam dapur yang biasanya terbuat dari batu. Dalam era klasik lumpang ini sangat dominan di pawon (Dapur). Fungsi lumpang adalah untuk menumbuk padi atau bahan makanan yang lain, sementara untuk menumbuknya diperlukan sebuah benda yang memanjang yang biasanya disebut Alu. Alu ini bisa terbuat dari kayu atau dari batu, tergantung kegunaan dari lumpang tersebut untuk menumbuk apa, kalau untuk menumbuk padi biasanya alunya terbuat dari kayu.
   Sementara itu kehidupan klasik masyarakat Nusantara khususnya Jawa tempo dulu tidak lepas dari symbol-simbol kehidupan. Lumpang dan pasangannya Alu adalah simbol Lingga dan Yoni.


   Lingga secara bentuknya menyerupai bentuk alat vital lelaki, sedangkan Yoni bentuknya menyerupai alat vital perempuan. Makna yang dapat kita cerna adalah segala bentuk kehidupan di dunia ini tidak akan lepas dari kedua unsur tersebut. Terkadang keduanya merupakan pasangan dalam kehidupan, ada laki-laki ada perempuan, ada gelap ada terang, ada kebaikan ada pula keburukan dan tentu saja ada banyak contoh-contoh lainnya. Begitu sakralnya dan hebatnya masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari yang tidak pernah lepas dari symbol-simbol tersebut. Ada yang bilang konsep lingga-yoni itu terpengaruh Hindu, tetapi secara hakikat konsep itu telah ada sebelum Hindu datang, bahkan di dalam keyakinan apapun sesungguhnya konsep ini ada walau beda bentuknya.


   Sebuah lumpang batu yang ukurannya cukup besar berada di area makam Mbah Derpo Kedungsari Kota Mojokerto. Lumpang atau sebagian orang juga menyebutnya Yoni tersebut, konon katanya mempunyai pasangan Lingganya (Alu) yang berada di Desa Sebani Kecamatan Tarik – Sidoarjo. Tidak diketahui kenapa kedua benda ini bisa terpisah cukup jauh, juga terpisah oleh sungai Brantas, bisa jadi dahulu ada seseorang yang memindahkan salah satunya.



   Di area Makam Mbah Derpo ini ada dua makam lain yang dikeramatkan, yaitu makam Mbah Suto dan Makam Nyai Pandansari, di sampingnya makam-makam dari penduduk Kedungsari. Tidak ada informasi yang pasti tentang ketiga makam tersebut, tentang siapa, apa, dan bagaimana sejarahnya. Setidaknya menurut informasi seorang warga yang juga ketua RW setempat, konon ceritanya mbah Derpo itu berasal dari Kediri dan tidak diketahui dari era apa.



   Dalam penelusuran di makam Mbah Derpo ini selain lumpang tersebut kami juga dapati bata-bata kuno baik yang masih utuh atau yang sudah pecah di beberapa tempat di pemakaman ini. Setelah cukup mengambil dokumentasi kami minta diri dari bapak ketua RW tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke makam lain yang berada di sekitarnya.


   Dari Makam Mbah Derpo kami menuju sebuah pemakaman dekat rel kereta api, yaitu di pemakaman Tropodo yang terdapat dua pohon kepuh yang besar. Kamipun memasuki area makam tersebut dan terdapat beberapa bata kuno yang beralih fungsi menjadi nisan.


   Di bawah pohon kepuh sebelah selatan terdapat sebuah makam yang dikeramatkan. Menurut keterangan seorang warga yang kebetulan berada di sana, makam tersebut adalah makam Mbah Bogo. Mbah Bogo adalah sesepuh desa setempat yang mbabat alas di Tropodo. Begitulah informasi yang kami terima dari warga.


   Selanjutnya kami menuju Desa Sebani Tarik Sidoarjo untuk melihat Alu (Lingga) pasangan dari lumpang di makam Mbah Derpo. Setelah mencari tempat yang dimaksudkan oleh bapak ketua RW di makam Mbah Derpo tadi, kami akhirnya menemukan benda yang dimaksud. Alu itu berada di Balai Dukuh Blere - Sebani, namun Alu tersebut telah disemen dan cor, mungkin tujuannya supaya tidak rusak atau hilang.

   Begitulah catatan perjalanan mengais jejak peradaban kali ini. Semoga ada guna dan manfaatnya, bila ada kesalahan pada catatan ini kami terbuka dengan koreksi dan kritikan, tak ada gading yang tak retak begitulah dengan kami, Salam Nusantara…


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta