Prabu Airlangga masih memeluk erat-erat putrinya sambil terus menangis, begitu pula dengan putrinya, "Putriku tolong maafkanlah ayahandamu ini, tolong maafkan ayahandamu yang telah khilaf ini ananda..."
"Ayahanda, ananda telah memaafkan paduka, ananda sadar itu sudah garis nasib yang harus ananda lalui..."
"Tetapi Sanggramawijaya engkau tidak perlu meninggalkan kedaton ini ananda..."
"Ayahanda adalah seorang Maharaja di tanah Jawa ini, Segala perkataan Paduka merupakan Sabda yang tidak boleh ditarik atau dirubah, apa kata dunia bila seorang Maharaja bahkan Nusantara ini menarik Sabdanya? Tidak ayahanda, apapun yang paduka katakan pasti terlaksana, besok ananda akan meninggalkan kedaton ini."
Sanggramawijaya duduk bersimbuh menghaturkan sembah baktinya pada ayahandanya yang mematung tak bisa berkata-kata lagi.
Keesokan harinya Sanggramawijaya telah bersiap meninggalkan kedaton, pagi itu dia menghadap di Balairung Istana untuk berpamitan pada ayahanda dan seluruh penghuni kedaton. Suasana hening di balairung, terdengar isak tangis dayang-dayang yang bersedih mendengar akan perginya putri Sanggramawijaya Tunggadewi dari kedaton.
Begitulah dengan Maharaja Kahuripan Prabu Airlangga sangat bersedih hati, matanya berkaca-kaca memandang putri tercintanya.
Begitulah dengan Maharaja Kahuripan Prabu Airlangga sangat bersedih hati, matanya berkaca-kaca memandang putri tercintanya.
"Ananda Sanggramawijaya, tegakah engkau meninggalkanku yang sudah tua renta ini ananda?"
"Paduka yang mulia masih muda, Maharaja Airlangga masih muda, ayahanda izinkanlah ananda meninggalkan Kahuripan untuk menuliskan garis takdir yang telah Dewata tentukan..."
Sanggaramawijaya menghaturkan sembah baktinya kepada ayahandanya dan berpamitan kepada para pejabat kerajaan, setelah itu dia meninggalkan Balairung Kahuripan. Tak terbayangkan betapa sedihnya Prabu Airlangga tak bisa mencegah putrinya pergi meninggalkannya. Kemudian beliau memerintahkan Patih Narotama untuk menugaskan beberapa orang prajurit Brajan Impling mengiringi kepergian sang putri.
Beberapa hari setelah kepergian putri Sanggramawijaya Tunggadewi dari Kahuripan terjadi perselisihan antara pangeran Samarawijaya dengan pangeran Garasakan sampai terjadi pertempuran, mendengar berita ini prabu Airlangga murka sehingga mengumpulkan seluruh pejabatnya di balairung.
"Aku mendengar laporan dari prajurit Brajan Impling bahwa telah terjadi pertempuran di luar kotaraja antara pasukan pangeran Samarawijaya melawan pasukan pangeran Garasakan. Aku perintahkan kepada kanda Patih Narotama untuk menyelesaikan pertempuran ini."
"Daulat paduka, hamba beserta para senopati akan mengerahkan pasukan melerai pertempuran itu, tetapi bagaimana bila kedua pangeran menolak menghentikan pertempuran Paduka?"
"Biarlah aku yang menangkap keduanya kanda, karena aku sendiri yang akan memimpin pasukan!"
Demikianlah pada saat itu juga Prabu Airlangga bergabung dengan pasukan Kahuripan bergerak ke luar kotaraja menuju lokasi pertempuran kedua putranya itu...
Bagaimanakah kisah selanjutnya apakah Prabu Airlangga berhasil melerai pertikaian kedua pangeran Kahuripan tersebut? Dan bagaimana pula kisah perjalanan Putri Sanggramawijaya Tunggadewi?
Ikuti terus kisahnya dibagian ketiga
0 komentar:
Posting Komentar