Setelah
berbagai proses dilalui akhirnya pada tanggal 9 - 12 Maret 2018 dilakukan Uji GeoListrik oleh Mahasiswa jurusan Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember di dua
tempat, yaitu di Situs Kadipaten Trung (Terung Wetan Kecamatan Krian) dan Situs
Alas Trik (Kedung Bocok Kecamatan Tarik).
Sejak
bulan Oktober 2017 telah ada upaya dari 6 Komunitas dan pihak ITS dalam hal ini
Bapak Profesor Amien Widodo Kepada Team Riset Peradaban Nusantara untuk
menjalin komunikasi tentang kemungkinan Riset Uji GeoListrik dari Mahasiswa
Jurusan Geofisika semester akhir untuk kepentingan skripsi. Pertemuan pertama
ketika 6 Komunitas menemukan Situs Brantas di Desa Leminggir Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto. Disanalah Bapak Amien Widodo beserta sejumlah mahasiswa-mahasiswanya melakukan survey awal di situs di tepi sungai Porong.
Prof. Amien Widodo survey situs brantas |
Dari
situs Brantas 6 Komunitas mengajak rombongan ITS menuju Situs Alas Trik (saat
itu belum ditemukan, sekitar makam Klinter Kedung Bocok Tarik) untuk sekedar
melihat lokasi. Memang saat itu kami 6 komunitas sulit mengatakan kalau di sini
juga ada dugaan situs yang terpendam karena hanya bata-bata kuno dan beberapa batu
andesit saja yang bisa ditemukan di area makam Klinter.
Penulis memaparkan dugaan situs yang terpendam di sekitar makam Klinter |
Setelah
pertemuan di makam Klinter dan Situs Brantas terjadi dilanjutkan dengan
pertemuan berikutnya di Situs Sendang Agung Desa
Urangagung Kecamatan Sidoarjo dan disusul pertemuan ketiga di Situs
Kadipaten Trung Desa Terung Wetan Kecamatan Krian.
Proses Uji Geo-listrik dilakukan terlebih
dahulu di Situs Alas Trik pada tanggal 9 - 10 Maret 2018 dengan rencana semula mengambil 7
titik lintasan. Namun setelah melihat kondisi dan cuaca yang akhirnya
hanya diambil 6 lintasan. Sampai hari Sabtu 10 Maret 2018 baru tercapai 4 titik
lintasan, akhirnya diputuskan untuk dilanjutkan pada hari Minggu pagi. Sejak pukul 5
pagi mahasiswa telah menuju lokasi tetapi karena lokasi yang hendak diukur
tergenang air akibat hujan deras semalam, maka uji Geo-listrik tidak bisa
dilakukan. Akhirnya mahasiswa menuju ke situs Kadipaten Trung di Desa Terung Wetan
untuk melakukan Uji Geo-listrik disana.
Rombongan Mahasiswa Geofisika ini
diterima Bapak Agus Mulyono sesepuh komunitas Lakon Jagad dari anggota 6 komunitas.
Tak lama kemudian persiapan Geo-listrik dilakukan pada 6 titik lintasan yang
akan diukur, tetapi akhirnya hanya diambil 5 titik lintasan saja. Proses ini baik di Alas
Trik dan Situs Kadipaten Trung telah dikawal oleh anggota dari 6 komunitas secara bergantian.
Sekitar pukul 17.30 WIB seluruh proses Uji Geo-listrik selesai dilakukan.
Setelah dijamu makan malam oleh bapak Agus
Mulyono rombongan Mahasiswa ITS kembali ke basecamp di Balaidesa Kedung Bocok
untuk bermalam dan keesokan harinya melanjutkan Uji Geo-listrik yang belum
sempat selesai karena lokasi tergenang air.
Sketsa alas trik |
Sketsa Rencana Geo-listrik Situs Trung |
Hari senin 12 Maret 2018 selepas Subuh mahasiswa ITS langsung menuju lokasi yang hendak diukur, yaitu di selatan temuan awal tepatnta di barat pohon asem, dengan lintasan utara selatan sepanjang 30 meter.
Dibarat pohon Asem |
Beberapa anggota 6 komunitas hadir
menemani mahasiswa pada hari terakhir ini diantaranya, Prasetyo, Arif, Bapak
Hadi, penulis sendiri dan beberapa warga setempat. Sekitar pukul 15.00 WIB uji Geo-listrik telah rampung.
Mahasiswa segera mengemasi peralatannya
dan kembali ke Balaidesa Kedung Bocok untuk berkemas. Setelah itu mereka
berpamitan kepada kepala desa Kedung Bocok Bapak H. Moh. Ali Ridho untuk
kembali ke ITS. Berikut keterangan terkait Geo-listrik dan Geo-radar...
Geo-listrik merupakan salah satu metode
geofisika untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan melalui sifat
resistivitas (tahanan jenis) batuan. Resistivitas
batuan adalah kemampuan batuan untuk menghambat arus listrik. Semakin besar
resistivitas batuan maka semakin sulit batuan tersebut untuk menghantarkan arus
listrik yang melaluinya.
Pengukuran resistivitas dilakukan dengan
menginjeksikan arus listrik melalui 2 elektroda di permukaan tanah dan 2
elektroda lain mengukur beda potensial/tegangan. Maka nanti akan didapatkan
data arus listrik yang diinjeksikan dan data beda potensial yang terukur. Dari
data tersebut dapat diukur nilai resistivitas batuan sesuai rumus
Resistivitas = Beda potensial dibagi arus
R = V / I
Melalui nilai resistivitas yang didapat dari data geo-listrik, maka dapat diketahui jenis-jenis batuan yang ada di bawah permukaan tanah.
Ground Penetrating Radar (GPR)
merupakan metode geofisika yang menggunakan pulsa radar untuk menggambarkan
kondisi bawah permukaan. Metode ini menggunakan radiasi elektromagnetik dalam
band microwave (daerah gelombang mikro) (frekuensi UHF/VHF) dari spektrum
radio, dan mendeteksi sinyal tercermin dari struktur bawah permukaan. GPR dapat
digunakan dalam berbagai media, termasuk batuan, tanah, dan struktur. Hal
ini mendeteksi obyek, perubahan materi,
rongga/luasan maupun keretakan.
Sebuah bagian dari gelombang
elektromagnetik (EM) terpantul saat mencapai batas antara dua bahan dengan
sifat listrik yang berbeda. Sinyal yang dipantulkan akan dicatat pada sumber
gelombang EM dan ditampilkan untuk operator dan sering direkam untuk analisis.
Demikianlah proses Geo-listrik yang
dilakukan mahasiswa Geofisika ITS di Situs Kadipaten Trung maupun di Situs Alas
Trik antara tanggal 9 - 12 Maret 2018. Tentunya upaya ini semata-mata
dilakukan untuk menindaklanjuti adanya temuan kedua situs tersebut terutama
tentang dugaan persebarannya, apa dan bagaimana bentuk dan fungsinya.
Tentunya kami dari 6 komunitas berharap
akan ada kegiatan-kegiatan sejenis dimasa-masa mendatang di situs-situs yang
lain. Terimakasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada Bapak Profesor
Amien Widodo beserta segenap jajaran Pimpinan ITS, adik-adik mahasiswa Geofisika ITS, Bapak H.Moh.Ali Ridho beserta jajaran pemerintah Desa Kedung Bocok
yang dengan ramah-tamah menerima adik-adik mahasiswa ITS. Sekali lagi
terimakasih...
Salam Nusantara ...
0 komentar:
Posting Komentar