G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

19 Februari 2017

Kadipaten Terung (antara dokumen sejarah dan peninggalan arkeologisnya)


   Trung disebutkan dalam naskah Pararaton yang mengkisahkan pelarian Dyah Sanggramawijaya menantu Prabu Kertanegara setelah peristiwa penyerbuan Prabu Jayakatwang dari Glang-Glang yang bukan saja menewaskan Maharaja Singhasari tersebut tetapi juga meruntuhkan kerajaan besar Singhasari yang telah berani menantang Khan yang Agung dengan melukai utusannya, juga telah melebarkan sayapnya ke beberapa negeri seberang lautan.


   Kini kejayaannya telah surut dihancurkan negeri bawahannya sendiri yaitu Glang-Glang yang rajanya masih besannya sendiri karena salah satu putrinya diperisteri Ardharaja putra dari Prabu Jayakatwang yang kini membangkitkan kembali negeri leluhurnya yaitu kerajaan Daha.

   Alkisah setelah mengetahui kekalahan pasukan Singhasari di pusat kraton Dyah Sanggramawijaya beserta sisa-sisa pasukannya dan keluarganya berusaha melarikan diri dari kejaran pasukan Glang-Glang yang dipimpin Ardharaja menantu Prabu Kertanegara yang berkhianat dengan bergabung pasukan Ayahandanya. Setelah melalui beberapa kali pertarungan antara hidupdan mati, akhirnya Dyah Sanggramawijaya beserta keluarga berhasil mencapai Trung dikawal oleh para pengikut setianya.

   Di Trung inilah untuk beberapa waktu mereka disembunyikan oleh pengampu daerah itu sambil menunggu bantuan dari Madura. Selanjutnya nama Trung juga kembali disebutkan dalam sejarah di era akhir Mojopahit terutama dikenal sebagai kadipaten Trung, juga dalam Naditira Pradesa Trung ditetapkan sebagai pelabuhan Sungai yang bebas pajak oleh Maharaja Hayam Wuruk. Lantas di manakah sebenarnya Trung yang dimaksudkan dalam literatur sejarah itu?

   Sekitar tahun 2011 yang lalu kita dihebohkan dengan temuan situs di Desa Terung Wetan Krian-Sidoarjo. Yang lebih menghebohkan lagi temuan situs tersebut bukan lembaga resmi pemerintah yang menanganinya.


mr. JJ
   Adalah seorang seniman dari Desa Tambak Kemeraan Krian yang dikenal sebagai pelukis bernama Muhammad Yasin atau lebih dikenal sebagai Jansen Jansien yang menemukan situs tersebut, dan bersama beberapa orang kepercayaannya menggali sebidang tanah yang ditumbuhi bambu yang lebat milik bapak Sahuri.

   Setelah melakukan penggalian beberapa bulan, akhirnya mereka menemukan struktur bata di kedalaman 2 meter lebih. Struktur ini kemudian kita kenal sebagai Candi Terung.


Situs Terung
Artefak
temuan artefak
   Dari bentuk dan posisi temuan ini yang tidak jauh dari punden Putri Oncat Tondo Wurung yang selama ini diyakini sebagai putri dari Adipati Terung Raden Husein dan juga tidak terlalu jauh dari sungai, maka muncul hipotesa kalau di sinilah pusat kadipaten Terung atau setidak-tidaknya dekat dengannya. Di samping itu juga banyaknya temuan bata-bata kuno dan artefak lainnya di Desa Terung Wetan maupun Terung Kulon dan sekitarnya.


Batu Andesit dan Bata Kuno
   Dari sinilah kita bisa mencoba melakukan penelusuran tentang di mana kraton Terung itu, seberapa luas wilayahnya, dan bagaimana peradabannya? Tentunya semua telah diawali oleh bapak Jansen Jasin sebagai penemu dan pelestari Bhumi Terung. Beberapa waktu yang lalu penulis bersama mas Agus Mulyono atau biasa kami sebut sebagai ‘MbahMulo’ melakukan penelusuran di pemakaman Terung Kulon. Mbah Mulo merupakan salah satu aktor dalam proses penggalian situs Terung yang dipandegani bapak Jansen Jasin.

   Dalam penelusuran tersebut didapati sebuah makam kuno yang diduga sebagai makam kuda Adipati Terung, di makam tersebut juga banyak bata kuno yang telah beralih fungsi menjadi nisan.


Makam Kuda Adipati Terung
   Dalam dialog dengan beberapa orang warga juga disebutkan beberapa makam yang diyakini sebagai makam keturunan Adipati Terung. Tak lupa di Terung Kulon juga diyakini ada makam Raden Husein yang dikenal sebagai Adipati Terung Arya Pecattanda adik tiri Raden Fatah Sultan Demak.

   Menurut penelusuran yang dilakukan Mbah Mulo sebelumnya di dekat kawasan pemakaman Terung Kulon sampai ke Terung Wetan banyak ditemukan bata-bata kuno. Dari sinilah muncul dugaan bahwa kraton Terung berada di Terung Kulon, sementara pelabuhannya ada di Terung Wetan terutama di dekat situs Terung yang memang temuannya lebih mirip sebuah bangunan di tepi sungai.


   Selanjutnya Mbah Mulo mengajak penulis menuju sebuah situs yang letaknya sebelah selatan balai Desa Terung Wetan yaitu sebuah situs sumur.

Situs Sumur Terung Wetan
   Situs Sumur ini juga dirawat oleh Bapak Jansen Jasin. Di sebelah utara situs ini terdapat beberapa gumukan yang berada dalam satu garis, arahnya utara ke selatan, mungkin itu bekas jalan atau kah bekas tembok?

Kiprah Sang Penulis

Gumukan yang berjajar dari utara ke selatan TerungWetan

Nisan dari bata kuno (TerungKulon)
Dialog Mbah Mulo dengan Warga di Pemakaman TerungKulon
   Demikianlah penelusuran yang kami lakukan di Terung Wetan dan Terung Kulon, banyak sekali sebenarnya tempat di kedua desa tersebut yang mempunyai jejak-jejak peradaban khususnya kadipaten Terung, namun karena terbatasnya waktu membuat kami sulit untuk menelusuri semuanya.

   Terimakasih kami ucapkan untuk bapak Jansen Jasin, mas Agus Mulyono yang menjadi sumber informasi dan inspirasi bagi penulis pribadi maupun komunitas Garda Wilwatikta Tado-Singkalan, selanjutnya akan kami lanjutkan dengan tulisan-tulisan berikutnya.
Terimakasih dan mohon maaf yang sebesar besarnya...

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta