Trung disebutkan dalam naskah Pararaton yang mengkisahkan pelarian Dyah Sanggramawijaya menantu Prabu Kertanegara setelah peristiwa penyerbuan Prabu Jayakatwang dari Glang-Glang yang bukan saja menewaskan Maharaja Singhasari tersebut tetapi juga meruntuhkan kerajaan besar Singhasari yang telah berani menantang Khan yang Agung dengan melukai utusannya, juga telah melebarkan sayapnya ke beberapa negeri seberang lautan.
Kini kejayaannya telah surut dihancurkan negeri bawahannya sendiri yaitu Glang-Glang yang rajanya masih besannya sendiri karena salah satu putrinya diperisteri Ardharaja putra dari Prabu Jayakatwang yang kini membangkitkan kembali negeri leluhurnya yaitu kerajaan Daha.
Alkisah
setelah mengetahui kekalahan pasukan Singhasari di pusat kraton Dyah
Sanggramawijaya beserta sisa-sisa pasukannya dan keluarganya berusaha melarikan
diri dari kejaran pasukan Glang-Glang yang dipimpin Ardharaja menantu Prabu
Kertanegara yang berkhianat dengan bergabung pasukan Ayahandanya. Setelah
melalui beberapa kali pertarungan antara hidupdan mati, akhirnya Dyah
Sanggramawijaya beserta keluarga berhasil mencapai Trung dikawal oleh para
pengikut setianya.
Di
Trung inilah untuk beberapa waktu mereka disembunyikan oleh pengampu daerah itu
sambil menunggu bantuan dari Madura. Selanjutnya nama Trung juga kembali
disebutkan dalam sejarah di era akhir Mojopahit terutama dikenal sebagai
kadipaten Trung, juga dalam Naditira Pradesa Trung ditetapkan sebagai pelabuhan
Sungai yang bebas pajak oleh Maharaja Hayam Wuruk. Lantas di manakah sebenarnya
Trung yang dimaksudkan dalam literatur sejarah itu?
Sekitar
tahun 2011 yang lalu kita dihebohkan dengan temuan situs di Desa Terung Wetan
Krian-Sidoarjo. Yang lebih menghebohkan lagi temuan situs tersebut bukan
lembaga resmi pemerintah yang menanganinya.
mr. JJ |
Adalah
seorang seniman dari Desa Tambak Kemeraan Krian yang dikenal sebagai pelukis
bernama Muhammad Yasin atau lebih dikenal sebagai Jansen Jansien yang menemukan
situs tersebut, dan bersama beberapa orang kepercayaannya menggali sebidang
tanah yang ditumbuhi bambu yang lebat milik bapak Sahuri.
Setelah
melakukan penggalian beberapa bulan, akhirnya mereka menemukan struktur bata di
kedalaman 2 meter lebih. Struktur ini kemudian kita kenal sebagai Candi Terung.
Situs Terung |
Artefak |
temuan artefak |
Dari
sinilah kita bisa mencoba melakukan penelusuran tentang di mana kraton Terung
itu, seberapa luas wilayahnya, dan bagaimana peradabannya? Tentunya semua telah
diawali oleh bapak Jansen Jasin sebagai penemu dan pelestari Bhumi Terung. Beberapa
waktu yang lalu penulis bersama mas Agus Mulyono atau biasa kami sebut sebagai ‘MbahMulo’ melakukan penelusuran di pemakaman Terung Kulon. Mbah Mulo merupakan
salah satu aktor dalam proses penggalian situs Terung yang dipandegani bapak
Jansen Jasin.
Dalam
penelusuran tersebut didapati sebuah makam kuno yang diduga sebagai makam kuda
Adipati Terung, di makam tersebut juga banyak bata kuno yang telah beralih
fungsi menjadi nisan.
Makam Kuda Adipati Terung |
Dalam
dialog dengan beberapa orang warga juga disebutkan beberapa makam yang diyakini
sebagai makam keturunan Adipati Terung. Tak lupa di Terung Kulon juga diyakini
ada makam Raden Husein yang dikenal sebagai Adipati Terung Arya Pecattanda adik
tiri Raden Fatah Sultan Demak.
Menurut
penelusuran yang dilakukan Mbah Mulo sebelumnya di dekat kawasan pemakaman Terung
Kulon sampai ke Terung Wetan banyak ditemukan bata-bata kuno. Dari sinilah
muncul dugaan bahwa kraton Terung berada di Terung Kulon, sementara pelabuhannya
ada di Terung Wetan terutama di dekat situs Terung yang memang temuannya lebih
mirip sebuah bangunan di tepi sungai.
Selanjutnya
Mbah Mulo mengajak penulis menuju sebuah situs yang letaknya sebelah selatan
balai Desa Terung Wetan yaitu sebuah situs sumur.
Situs Sumur Terung Wetan |
Demikianlah
penelusuran yang kami lakukan di Terung Wetan dan Terung Kulon, banyak sekali
sebenarnya tempat di kedua desa tersebut yang mempunyai jejak-jejak peradaban
khususnya kadipaten Terung, namun karena terbatasnya waktu membuat kami sulit
untuk menelusuri semuanya.
Terimakasih
kami ucapkan untuk bapak Jansen Jasin, mas Agus Mulyono yang menjadi sumber
informasi dan inspirasi bagi penulis pribadi maupun komunitas Garda Wilwatikta
Tado-Singkalan, selanjutnya akan kami lanjutkan dengan tulisan-tulisan berikutnya.
Terimakasih
dan mohon maaf yang sebesar besarnya...
0 komentar:
Posting Komentar