G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

4 Januari 2018

Penyelamatan Dorpel

     Dorpel adalah sebuah artefak dari batu andesit yang berfungsi sebagai tempat menambatkan pintu agar bisa digerakan membuka atau menutup pintu (semacam engsel) melihat dari penempatannya Dorpel ini diatas dan dibawah.

     Sebuah Dorpel yang berukuran panjang 120 cm lebar 40 cm dan tebal 20 cm ditemukan di sawah milik Abah Gino seorang warga Dusun Klinter Desa Kedung Bocok Tarik. Awalnya Dorpel ini sejak dahulu berada di tempat tersebut menancap dengan posisi miring berorientasi timur barat . 

     Sekitar bulan Desember 2017 pemilik sawah dimana Dorpel itu berada yaitu Abah Gino ingin memindahkan Dorpel tersebut dari sawahnya yang terletak di sebelah utara SDN Kedung Bocok dengan menyuruh seorang warga Dusun Bocok yaitu Pak Iman. Pak Iman pun menyanggupinya sesuai negosiasi upahnya. Menurut cerita rakyat setempat selama ini belum ada satupun orang yang berani mengusik keberadaan Watu Lumpang itu demikian warga menyebut batu Dorpel.

     Namun dengan pelan-pelan pak Iman mengambil tanah di bawah Dorpel itu dan perlahan-lahan sambil memasukkan gerobak angkut satu rodanya di bawah batu Dorpel tersebut sampai benar-benar seluruh Dorpel berada diatas gerobak angkutnya. Kemudian pak Iman meminta Abah Gino membantunya mendorong dan mengangkat gerobak angkut itu sehingga bisa sejajar kemudian Abah Gino berkata pada pak Iman agar segera membawa Dorpel itu keluar dari sawahnya.

     Akhirnya pak Iman membawa Dorpel itu menuju Dusun Bocok sekitar 1 kilometer dari tempat Dorpel itu semula berada. Akhirnya batu tersebut ditaruhnya ditimur sebuah rumah warga -yang ada warung Wifinya- :-D di utaranya sebuah Musollah dan Makam.

     Tanggal 26 Desember 2017 kami bersama dua orang anggota dari 6 komunitas pecinta sejarah dan Budaya yaitu pak Hadi dan pak Nizar sedang survey di beberapa titik di Dusun Medowo Gampingrowo. Ketika itulah mereka mendapatkan informasi dari seorang pemuda yang bernama Nanang tentang adanya seseorang dari Bocok yang mengambil Dorpel dari tempat semula dan dibawa pulang ke Bocok.

     Tanggal 27 Desember 2017 setelah mendapat informasi hilangnya Dorpel tersebut mas Eko Finda Jayanto ketua komunitas Garda Wilwatikta mencoba mencari tahu dimana keberadaan benda tinggalan Arkeologi tersebut dengan menanyakan kepada beberapa orang yang ada di sekitar tempat Dorpel itu semula berada. Setelah menemui beberapa orang di Klinter akhirnya mas Eko mendapat informasi kalau yang membawa Dorpel tersebut bernama pak Iman warga Bocok. Akhirnya mas Eko berhasil menemukan batu Dorpel tersebut bahkan bertemu dengan pak Iman, dan sempat terjadi dialog diantara mereka yang intinya tidak sembarang orang yang berani memindahkan Dorpel tersebut.

     Radite 31 Desember 2017 sekitar jam 09.00 WIB kembali kami bersama anggota Satriyo Puser Mojopahit mas Prasetyo dan anggota Garda Wilwatikta mas Dicki Wahyudi berusaha mencari keberadaan Dorpel dari informasi mas Eko itu. Namun sampai jam 11.00 WIB belum menemukannya, setelah rehat di warkop Juglang dan bertemu pak Kusbiyanto pencarian kita lanjutkan menuju Dusun Bocok. Setelah mencari tempat yang dimaksud akhirnya kami bisa melihat Dorpel itu di sebelah timur rumah warga di pekarangan kosong. Melihat kehadiran kami beberapa orang warga yang ada di tempat itu segera bertanya kepada kami, kami menjawab kalau kami mencari sebuah batu yang berada di situ. Akhirnya terjadi dialog antara kami dengan warga yang intinya warga ingin batu tersebut diambil saja dari tempat itu karena menimbulkan keresahan.

     Adalah mas Umar warga setempat yang membantu kami mendekati pak Iman sosok warga yang memindahkan dorpel tersebut. Kemudian datanglah ibu dari pak Iman melihat batu tersebut dan berdialog dengan kami. Setelah itu mas Umar mengajak kami menemui pak Iman di rumahnya yang tak jauh dari dorpel itu ditaruh.

     Kami berempat duduk di geradak bambu depan rumah pak Iman menunggu beliau selesai sholat, tak lama kemudian datang dua orang yang masing-masing membawa motor. Yang pertama langsung berkata dengan sengit pada kami kalau sejak dulu batu lumpang itu ada di sawahnya dan tidak mempunyai nilai sejarah. Disusul oleh seorang yang datang membawa motor RX King yang meraung-raung lalu berkata keras kepada kami.

     Kami pun segera menghampiri mereka berdua dan memperkenalkan diri kalau kami ini dari komunitas pecinta sejarah dan budaya yang ingin melestarikan jejak peradaban di desa Kedung Bocok ini khususnya dan Tarik umumnya. Setelah mendengar penjelasan kami dan mas Umar akhirnya mereka yang ternyata Abah Gino dan Kepala Desa Kedung Bocok dapat melunak dan bisa cair pembicaraannya bahkan akhirnya Abah Ridho (Kades Kedung Bocok ini) menyediakan tempat di salah satu ruangan di Balai desa untuk ditempati Batu Dorpel dan temuan-temuan lainnya.

     Abah Ridho segera memanggil jajarannya untuk membawa sebuah kendaraan pengangkut beroda tiga untuk mengangkut Dorpel ini untuk dibawa menuju balai desa. Kami pun bersama-sama mengangkat batu yang sangat berat ini ke atas motor beroda tiga itu dengan susah payah. Pak Iman dan mas Umar ikut menyertai perjalanan menuju Balai Desa Kedung Bocok.

     Setelah berhasil menurunkan Dorpel dan menempatkannya di ruangan yang ditunjuk pak Kades, kami bersyukur sekali karena sudah ada tempat yang layak untuk menyimpan salah satu artefak peninggalan arkeologi ini. Terlebih Abah Ridho berencana ingin membuat Perdes untuk museum desa ini dengan mengaktifkan kegiatan Karang Taruna setempat.

     Terimakasih kami ucapkan untuk segenap anggota 6 komunitas pecinta sejarah dan budaya yang terus eksis melestarikan peninggalan sejarah.
Terimakasih juga kepada Bapak Kades Kedung Bocok, Pak Iman, Mas Umar dan juga Abah Gino.


Salam 6 komunitas

          
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta