Munculnya temuan demi temuan dibeberapa desa yang diduga kuat sebagai pemukiman awal Mojopahit di Alase Wong Trik akhir-akhir ini membuat beberapa orang anggota Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya yang aktif tergerak dalam uri-uri di bekas Mojopahit ini berpikir untuk mencari sebuah tempat yang bisa menampung artefak-artefak yang selama ini disimpan di beberapa tempat.
Keinginan tersebut tercetus oleh Sultoni dan Prasetyo anggota paguyuban Satrio Puser Mojopahit yang diutarakan ketika bertemu dengan penulis sekitar 9 bulan yang lalu ketika menelusuri sungai Patusan di utara pemakaman Klinter. Rupanya keinginan itu terwujud pada bulan Januari 2018 ketika secara tidak sengaja penulis bertemu dengan Kepala Desa Kedung Bocok, Bapak H. Moh. Ali Ridho di rumah seorang warga Bocok Kidul (Pak Iman) yang memindahkan Batu Dorpel dari persawahan Klinter ke dekat rumahnya.
Dari peristiwa itulah penulis bertemu dengan seorang pemuda setempat yang bernama Umarjiono, waktupun berjalan cepat dari detik ke menit, dari menit ke jam tidak terasa ruangan yang semula hanya diisi batu Dorpel kini juga dipenuhi artefak-artefak lainnya seperti batu pecahan Lesung, Batu Pipisan, batu umpak, Batu pancuran (Jaladwara), pecahan Terakotta, Gerabah, Keramik Cina dan masih banyak yang lain.
Ruang tempat berkumpulnya artefak temuan dari Alas Trik ini merupakan awal rencana besar dalam mewujudkan Museum Alas Trik yang menjadi saksi keberadaan peradaban Awal Mojopahit di Tarik. 6 Komunitas yang tergabung dalam upaya pelestarian ini bekerjasama dengan Karang Taruna maupun Pemerintah Desa Kedung Bocok dalam menata data dan menyusun temuan yang ada di ruang paling selatan Balai Desa.
Keinginan tersebut tercetus oleh Sultoni dan Prasetyo anggota paguyuban Satrio Puser Mojopahit yang diutarakan ketika bertemu dengan penulis sekitar 9 bulan yang lalu ketika menelusuri sungai Patusan di utara pemakaman Klinter. Rupanya keinginan itu terwujud pada bulan Januari 2018 ketika secara tidak sengaja penulis bertemu dengan Kepala Desa Kedung Bocok, Bapak H. Moh. Ali Ridho di rumah seorang warga Bocok Kidul (Pak Iman) yang memindahkan Batu Dorpel dari persawahan Klinter ke dekat rumahnya.
Dari peristiwa itulah penulis bertemu dengan seorang pemuda setempat yang bernama Umarjiono, waktupun berjalan cepat dari detik ke menit, dari menit ke jam tidak terasa ruangan yang semula hanya diisi batu Dorpel kini juga dipenuhi artefak-artefak lainnya seperti batu pecahan Lesung, Batu Pipisan, batu umpak, Batu pancuran (Jaladwara), pecahan Terakotta, Gerabah, Keramik Cina dan masih banyak yang lain.
Ruang tempat berkumpulnya artefak temuan dari Alas Trik ini merupakan awal rencana besar dalam mewujudkan Museum Alas Trik yang menjadi saksi keberadaan peradaban Awal Mojopahit di Tarik. 6 Komunitas yang tergabung dalam upaya pelestarian ini bekerjasama dengan Karang Taruna maupun Pemerintah Desa Kedung Bocok dalam menata data dan menyusun temuan yang ada di ruang paling selatan Balai Desa.
Rupanya dengan adanya temuan Struktur pondasi yang diduga sebagai struktur pintu masuk Puri Dalem pada tanggal 3 Februari 2018 yang disusul temuan kedua dan ketiga telah memancing rasa penasaran masyarakat Tarik dan sekitarnya untuk berbondong-bondong melihat langsung temuan maupun museum ini sehingga balai desa Kedung Bocok tiap hari ramai oleh banyaknya pengunjung, sehingga masyarakat dapat melihat berbagai artefak yang merupakan benda tinggalan arkeologis dari Awal Mojopahit tersebut.
Semoga dari kesadaran ini akan menular ke masyarakat sekitarnya agar turut serta melestarikan peninggalan sejarah dan budaya di desanya masing-masing.
Semoga...
Salam Nusantara.....
Agus Subandriyo anggota Garda Wilwatikta salah satu komponen 6 Komunitas Sidoarjo
Dengan adanya Museum 2 lokal semacam ini di sekitaran tenuan2 situs bersejarah, diharapkan. Masyarakat desa setempat ikut menjaga, mengamankan, rasa memiliki, dan. Memelihara kelestarian temuan2 bersejarah tsb.
BalasHapusSelamat buat Desa2 yg lain utk mengikuti jejak serupa masyarat Trik. 👍