Jika kita mendengar kata
Pringgodani, maka kita akan teringat sebuah kerajaan yang ada dikisah pewayangan
Jawa dalam serial Mahabharata. Dalam kisah itu Pringgodani adalah sebuah negeri tempat kelahiran Gatot Kaca Otot Kawat Balung Wesi
putra dari Werkudara salah satu Pandawa yang terkenal dengan Godo Rujak Polonya.
Dusun Pringgodani terletak di Desa Bakung Pringgodani Kecamatan
Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Di sini lekat dengan Mitos Pewayangan, khususnya
Gatot Kaca, hal ini sering disebutkan warga kalau di Dusun ini ada sebuah
tempat yang dikatakan sebagai Petilasan dari Gatot Kaca, bahkan ada yang mengatakan
itu adalah makamnya Gatot Kaca, tempat itu sekarang dinamakan Krapyak oleh warga.
Krapyak ini terletak di Kepolo, sebutan
warga untuk jalan yang ada diantara persawahan yang ditumbuhi pepohonan Bambu (barongan). Krapyak dalam kondisi sekarang telah berubah bentuk seperti
gambar di bawah ini yang lebih menyerupai sebuah Gardu yang disemen.
Menurut informasi seorang warga
yang bernama Sudarman, dahulu sebelum Krapyak dibangun (disemen) kondisi Krapyak seperti sebuah batu yang mempunyai motif seperti tikar (keloso) yang berukuran 1 x 2
meter, juga terdapat sebuah Gentong yang terbuat dari batu Andesit yang
dikelilingi pagar bata kuno dan ada semacam gapuranya, tidak jelas gapuranya
menghadap kemana. Kini yang tersisa di Krapyak adalah sebuah lubang yang ada
diujung barat utara lantai semen, yang dibuat untuk membakar dupa atau kemenyan.
Kami lantas mencari informasi dari
beberapa orang warga yang kebetulan ada di dekat Krapyak tentang kemungkinan
adanya sumur atau peninggalan-peninggalan lainnya. Setelah beberapa saat berbincang dengan
warga, kami mendapatkan informasi kalau di persawahan sebelah utara Krapyak dulu pernah
ada sebuah sumur kuno yang terbuat dari bata-bata yang melengkung, bahkan dulu
masih dipergunakan warga untuk menyirami tanamannya. Kami segera menuju tempat
yang dimaksudkan warga yaitu persawahan yang ditanami jagung. Setelah blusak-blusuk diantara tanaman jagung kami tidak menemukan sumur tersebut, tetapi malah
menemukan bata-bata kuno yang berserakan di galengan maupun gumukan di sana. Dari banyaknya temuan ini kami mulai berasumsi kalau dulu di sekitar Krapyak
pernah ada suatu Peradaban Kuno, entah peradaban apa itu. Mungkinkah berhubungan
dengan kisah Gatot Kaca pada Pewayangan Jawa atau Kerajaan yang pernah ada
di dekat wilayah Sidoarjo.
Sebelum ke Krapyak kami terlebih dahulu
menelusuri pemakaman Dusun Pringgodani, yang letaknya sekitar 300 meter sebelah
barat Krapyak. Di pemakaman Pringgodani ini terdapat 3 buah pohon yang menurut kami telah
berusia ratusan tahun.
Terdapat banyak bata-bata kuno yang
beralih fungsi menjadi nisan atau sekedar dijadikan pembatas makam maupun sebagai alas
makam. Menurut informasi warga, dulu pernah ada seorang Pangeran dari Madura
yang merapat di tepi Sungai Mas beserta para prajurit-prajurit pengikutnya. Dan
dahulu kala Pringgodani adalah sebuah hutan Bambu yang wingit, siapapun yang
masuk wilayah ini tidak akan pernah kembali lagi. Suatu hari datanglah rombongan
Pangeran Jadi naik kapal dari arah timur, entah karena perbekalannya habis
atau sebab lain akhirnya rombongan itu memutuskan untuk merapat di pesisir
sungai. Tempat bersandarnya kapal Pangeran Jadi disebut Punden Doro yang
letaknya di ujung barat Dusun persis di tepi Sungai Mas.
Dari penelusuran di pemakaman Pringgodani kami lanjutkan menuju sebuah rumah yang ada di timur persawahan Krapyak. Menurut informasi seorang warga
setempat kami disuruh menuju ke belakang rumah, di sana kami ditunjukkan sebuah sumur kuno
yang sampai sekarang masih difungsikan. Hanya bagian atas dari sumur itu sudah ditambah
dengan bata bata sekarang dan telah disemen dan juga ditunjukkan sebuah Yoni atau Lumpang.
Dari perbincangan dengan beberapa warga yang ada di tempat itu, kami mendapatkan informasi tentang adanya struktur pondasi bata kuno yang ada di area persawahan sekitar rumah warga tersebut. Kami semakin penasaran dengan keterangan dari warga tersebut, dengan segara kami pun turun ke sawah yang sedang dalam keadaan kering-kerontang karena musim kemarau.
Di area persawahan ini kami menemukan pecahan bata kuno yang berserakan di gumuka, galengan dan berbagai
tempat di sana. Satu lagi informasi yang membuat kami penasaran adalah ketika
musim tanam padi tiba, para warga akan turun ke sawah, maka ketika kaki mereka
menginjak sawah seperti ada lantai atau pondasi dari bata yang membentang dari
arah utara ke selatan.
Demikianlah
Penelusuran Jejak Peradaban di
Dusun Pringgodani, semoga ada manfaatnya bagi pelurusan Sejarah Nuswantara,
terimakasih...
0 komentar:
Posting Komentar