G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

20 Mei 2018

STRUKTUR BATA (di Bekas Kadaton ALAS TRIK)


     Temuan struktur bata kuno yang ditemukan oleh Mbah Paiman (73 tahun) warga Dusun Klinter Desa Kedung Bocok Kecamatan Tarik Sidoarjo pada hari Sabtu 3 Februari 2018 pada pukul 15.00 WIB, di sebelah barat pemakaman Klinter. Adalah salah satu penguat awal adanya sebuah pemukiman kuno di desa tersebut.

Share:

3 Mei 2018

MISTERI MPU RORO DIALAS TRIK bagian 4



     Setelah peristiwa pertempuran di luar benteng Kota Kahuripan itu, membuat Maharaja Airlangga murung dan bermuram durja. Dari hari ke hari hatinya semakin gundah melihat keadaan Kahuripan di masa depan yang dihantui perang saudara diantara putra-putranya, lebih-lebih putri tercintanya Sanggramawijaya Tunggadewi telah memutuskan menjadi Bikuni yang tentunya jauh dari kotaraja.

     Sementara Sanggramawijaya Tunggadewi berkelana mengunjungi tempat-tempat suci yang tersebar di bumi Jawa untuk memperoleh pencerahan jiwa. Maharaja Airlangga menuju pertapaan Mpu Barada di Ujung Galuh untuk membicarakan keadaan Kahuripan setelah Sang Nata turun tahta.


     Dengan hanya dikawal Patih Narotama saja Maharaja Airlangga menemui Mpu Barada di pesanggrahan Ujung Galuh yang terletak di pesisir Bengawan Gangga.


     "Ada apakah gerangan wahai Prabu Airlangga yang membuat andika mengunjungiku di sini?"


     "Mohon ampun bapa Mpu Barada, Saya gundah-gulana bapa... Samarawijaya dan Garasakan selalu bertikai memperebutkan tahta. Saya memohon petunjuk bapa dalam mengatasi keadaan ini bapa!"


     "Prabu Airlangga, memang kedua putramu itu akan selalu bertikai sampai kapanpun."


     "Lalu bagaimana solusinya bapa?"


     "Solusinya ada tetapi akan sangat melukaimu prabu! Karena segala perjuangan dan pengorbananmu dalam menyatukan dan membesarkan negeri ini akan terlihat sia-sia. Negeri peninggalan Medang yang andika warisi dari Prabu Dharmawangsa Tguh akan terpecah."


     "Itulah yang saya takutkan bapa, apakah setelah saya turun tahta nanti kedua putraku itu tidak terus bertikai?"


     "Patih Narotama bagaimana pendapatmu tentang keadaan ini?" Mpu Barada bertanya kepada patih Narotama.


     "Mohon ampun bapa Mpu, menurut hamba Kahuripan ini harus dipecah jadi dua untuk menghindari pertumpahan darah diantara kedua pangeran." Patih Narotama menjawab dengan berat hati.


     Suasana menjadi hening, Maharaja Airlangga tercenung dengan usulan pemecahan Kahuripan menjadi dua bagian untuk Samarawijaya dan Garasakan. Bagaimanapun dirinya selama bertahta hidupnya dipenuhi perjuangan dalam mempersatukan kerajaan yang terkoyak-koyak diserang musuh dari barat yaitu Kerajaan Sriwijaya. Setelah berhasil melepaskan diri dari Sriwijaya perjuangan tidak berhenti, peperangan demi peperangan dilalui demi memperkuat kerajaan Kahuripan hingga pusat pemerintahannya sering berpindah-pindah, dan kini dirinya harus menerima kenyataan kalau kerajaan ini harus dipecah.


     "Bapa Mpu Barada, demi menghindari pertumpahan darah diantara kedua putraku, demi menghindari kehancuran, saya dengan berat hati menyetujui pembagian kerajaan ini bapa." Maharaja Airlangga tidak dapat melanjutkan kata-katanya, air matanya berlinang.


     "Prabu Airlangga adalah Maharaja Jawadwipa ini. Kuatkanlah hati paduka! Yakinlah suatu hari nanti kerajaan ini akan bersatu lagi. Putrimu Sanggramawijaya Tunggadewi lah yang akan menuntun prosesnya Baginda. Yakinlah itu!" kata Mpu Barada dengan menepuk pundak Sang Raja itu.


     "Benarkah itu bapa?"


     "Begitulah petunjuk yang aku terima, andikapun bisa mendapatkan petunjuk setelah ini."

     Setelah beberapa bulan kemudian Maharaja Airlangga memutuskan untuk menutup salah satu aliran sungai yang mengalir ke bendungan Waringin Sapta di sebelah barat Trung dan dialihkan ke selatan menuju laut Jawa. Dan sungai inilah yang menjadi pembatas atau pembagi dua kerajaan kelak, Jenggala dan Kadhiri (Sungai Porong, dari sinilah Bengawan Gangga dirubah namanya menjadi Bengawan Berantas, yaitu bengawan yang memberantas peperangan).


     Mpu Barada ditunjuk Maharaja Airlangga dalam proyek pembagian kerajaan ini dengan ditandai dengan Penyiraman air kendi Mas sebagai awal pembangunannya. Lokasi penutupan salah satu aliran anak sungai tersebut ada di hutan para Resi di delta Bengawan Gangga.


     Sementara itu Sanggramawijaya Tunggadewi tengah bermeditasi di pertapaan Kapucangan di utara Megaluh (bekas Kerajaan Medang lama) untuk menapaki jejak perjuangan ayahandanya dalam mendirikan Kerajaan Kahuripan.


     Dalam salah satu meditasinya Sanggramawijaya Tunggadewi mendapatkan sebuah petunjuk bahwa dirinya kelak diakhir hidupnya akan bermukim di sebuah tempat yang tidak jauh dari Kotaraja Kahuripan untuk menunggu kesucian sebuah tempat suci sejak era lampau hingga masa Syailendra. Dan di tempat itulah dirinya bersama ketujuh orang Resi menunggu datangnya Satriyo Piningit yang kelak akan mempersatukan kembali kerajaan ayahandanya.

     Tentu saja petunjuk itu sangat aneh bagi Sanggramawijaya Tunggadewi, terutama tujuh orang Resi yang kelak akan tinggal bersamanya.

Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Siapakah ketujuh orang Resi itu?

Bagaimanapula keadaan Kahuripan selanjutnya ?

Ikuti terus kisahnya yaa....


Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta