G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

31 Desember 2018

Mencari Peradaban Kuno

           Indonesia di masa lalu dikenal sebagai bangsa yang besar dan disegani oleh semua bangsa di didunia . Semua itu karena Nusantara pada masa itu telah maju diberbagai bidang kehidupan.
           Dalam berbagai bidang , Nusantara telah memiliki keunggulan seperti di bidang pertanian , pelayaran , maupun arsitektur yang seni tinggi , seperti yang terlihat dari peninggalan - peninggalan berbagai periode kerajaan , seperti Candi Borobudur , Candi Prambanan , atau Candi- Candi yang elok di Jawa Timur .
        Namun dari semua peninggalan yang  telah dikemukakan diatas itu rasanya terlalu sedikit bila kita mau berpikir rasional tentang peradaban kita dahulu . Kalau candi nya saja semegah itu , mengapa tidak terpikirkan  untuk mencari tentang teknologi yang digunakan pada peninggalan lainnya seperti teknologi tata kota , teknologi sistem irigasi nya? Kenapa hanya situs- situs yang ditemukan saja yang di bahas? Bukankah masuk akal bila masih banyak peninggalan lain yang belum ditemukan yang berada disekitar kita?
          Karena bisa saja situs-situs yang belum diketemukan itu akan benar-benar hilang karena ketidaktahuan kita? Karena ketidakpedulian kita? Mungkin saja situs-situs tersebut masih terkubur dibawah permukaan tanah , karena berbagai sebab . Bisa saja situs-situs tersebut sekarang jadi lahan persawahan atau perkebunan , namun yang sangat disayangkan kalau situs-situs tersebut jadi lahan perusahaan atau perumahan , bukanlah sulit untuk mengungkap nya?
           Bukankah yang rugi kita semua jika situs- situs peninggalan leluhur kita lenyap ? Bukan tidak mungkin dalam situs-situs tersebut tersimpan teknologi yang masih bisa dimanfaatkan di kehidupan bangsa kita sekarang ?
         Untuk itulah diperluk Y6an kesadaran dari kita semua untuk menelusuri dan mencari jejak-jejak peradaban masa lalu untuk diselamatkan , dipelajari , dan dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat sekarang ini . Tulisan ini merupakan catatan kegiatan yang telah kami lakukan selama ini , tentu bukan bermaksud untuk menonjolkan diri kami tetapi semata-mata demi kecintaan kami pada Nusantara ini.

        Apakah peradaban itu ? Peradaban adalah hasil cipta karya manusia yang meliputi beberapa aspek kehidupan manusia yang berhubungan dengan bagaimana cara hidup nya , bahasa nya , struktur dalam susunan masyarakat nya , seni budaya nya , kehidupan religius nya dan arsitektur nya.
       Dalam kondisi seperti sekarang ini , sangat sulit sekali untuk mencari jejak- jejak peradaban kuno tersebut . Hal ini karena adanya peradaban yang lebih modern yang kebanyakan merusak jejak-jejak peradaban sebelum nya .
        Namun jejak-jejak yang bersifat non fisik tetap lah tersisa di masyarakat , seperti dongeng , legenda , ataupun mitos yang ada . Walau tidak semua dongeng , legenda , dan mitos itu benar seluruhnya , namun dari sana lah kita bisa mengambil informasi yang masuk akal untuk kita telusuri . Setelah kita memilah - Milah dongeng , legenda , maupun mitos yang ada , kita lalu bergerak ke lapangan untuk mencari pembuktian fisik darinya .
      Kita bisa mencari jejak-jejak fisik peradaban kuno dari dongeng , legenda , maupun mitos tersebut di tempat- tempat yang relatif aman dari sasaran pembangunan masa kini . Tempat - tempat tersebut biasanya adalah sawah , punden , pemakaman , dan bahkan tempat- tempat yang angker . Punden adalah sebuah tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat .
       Kemudian jangan lupa untuk bertanya tentang segala informasi dari tempat yang akan kita telusuri kepada warga desa setempat , misalnya Tetua Dusun ataupun Juru Kunci ( Kuncen) . Dan jangan lupa kita selalu niatkan dalam hati kita bahwa kita bergerak semata-mata untuk menelusuri sejarah leluhur kita .
      Salah satu jejak yang mudah kita kenali sebagai jejak peradaban kuno adalah adanya batu bata yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran bata sekarang . Batu bata kuno era Mojopahit biasanya berukuran 32.5 x 22.5 sentimeter namun ukuran yang lebih besar maupun lebih kecil juga ada , selain itu kekuatan bata kuno dibandingkan bata sekarang juga berbeda , bata kuno jauh lebih kuat dari bata sekarang .
      Setelah tahu dan paham tentang ukuran batu bata kuno , maka kita dapat membedakan antara batu bata kuno dan batu bata zaman sekarang , walaupun bata- bata kuno tersebut tinggal pecahannya saja di suatu tempat yang kita datangi .
Jejak fisik peradaban kuno lainnya adalah benda-benda yang terbuat dari batu Andesit seperti Yoni , lingga , uang kuno atau nisan . Gerabah atau tembikar yang terbuat dari tanah liat , keramik Asing dari negara seberang seperti Tiongkok , demikianlah yang bisa kami tuliskan semoga bermanfaat .

Terimakasih ...


Selamat mencari .....

Sumber : Buku Mengais Jejak Peradaban Bumi Kahuripan .

Share:

23 November 2018

KIRAB AGUNG BABAT KEDHATON MOJOPAHIT DIALAS TRIK

            Setelah 725 tahun berlalu baru kini Kirab Agung memperingati Hari Ulang Tahun Mojopahit bisa digelar ditempat dimana Mojopahit didirikan yaitu di Alas Trik yang kini ada didesa KedungBocok Tarik Sidoarjo pada hari Minggu 18 November .
           Kirab yang diawali dari depan Gapura Desa KedungBocok berjalan menuju balai desa , iring- iringan kirab yang terdiri dari pasukan utama yaitu Dyah Sanggrawijaya beserta pengikutnya diiring Drum band serta sholawat Nabi itu berhenti didepan balai desa untuk menaruh tumpeng dan gunungan .
        Kepala Desa Kedung H. M . Ali Ridho segera berdoa kemudian warga berebutan isi gunungan dan kemudian memakan Tumpeng bersama - sama ,  acara selanjutnya adalah sambutan - sambutan dari Tamu undangan yaitu Ibu Indah Kurnia anggota DPR RI dari Komisi 11 yang menyatakan apresiasi yang setingi- tingginya atas kelancaran acara Kirab Agung dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Mojopahit dan desa KedungBocok ke 725 , serta mendukung penuh upaya segenap Komunitas Pecinta Sejarah Budaya dan warga KedungBocok dalam melestarikan peninggalan bersejarah khususnya peninggalan Mojopahit awal didesanya .
      Dalam kesempatan itu Ibu Indah mengajakan semua yang hadir untuk menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dikuti semua yang hadir , selanjutnya beberapa orang perwakilan Komunitas juga memberikan sambutannya yang intinya menyatakan kebanggaan dan dukungannya kepada upaya- upaya pelestarian Sejarah dan Budaya khususnya didesa KedungBocok yang merupakan tempat berdirinya Mojopahit .
       Selanjutnya pemotongan pita oleh Ibu Indah Kurnia dilakukan sebagai tanda dibukanya Situs Alas Trik yang diadakan dibelakang Balai Desa KedungBocok didepan Papan nama Situs , kemudian berjalan bersama- sama memasuki area situs Alas Trik yang diduga kuat dahulu adalah titik nolnya Mojopahit atau Kedhaton pertamanya Mojopahit .
     Setelah sampai di situs diadakan seremonia penanaman pohon Mojo oleh Ibu Indah dan perwakilan dari Komunitas , sebelumnya Kepada Desa KedungBocok memberikan sambutannya dilanjutkan sambutan dari perwakilan Komunitas yang ada diwilayah Tarik yaitu Agus Subandriyo , setelah itu pemandu acara mempersilahkan Ibu Indah , Kepala Desa dan perwakilan komunitas untuk ikut dalam seremonia penanaman pohon Mojo sebagai tanda bersatunya semua pihak dalam melakukan upaya- upaya pelestarian situs Sejarah dan Budaya di Alas Trik khususnya dan Nusantara pada umumnya .
    Acara ini ditutup dengan doa oleh Kepala Desa KedungBocok H. M. Ali. Ridho , selanjutnya semua yang hadir baik dari Tamu , media dan komunitas beramah tamah di Balai Desa KedungBocok sambil makan ala kadarnya .
    Demikianlah rangkaian Kirab Agung Babat Kedhaton Mojopahit telah selesai , atas nama panitia Kirab kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya serta mohon maaf yang sebesar- besarnya bila banyak kekurangan dalam pelaksanaan kirab ini kepada Seluruh Tamu dan undangan serta masyarakat KedungBocok ..

    Dirgahayu Mojopahit dan KedungBocok ke 725 ...

Share:

4 September 2018

KIRAB AGUNG MOJOPAHIT WIWITAN


     Pada siang itu setelah seluruh persiapan selesai pada pukul 13.30 WIB Jumat 31 Agustus 2018 mereka para peserta karnaval Desa Kedung Bocok berangkat menuju koramil Tarik yang berada di utara kantor Kecamatan Tarik dengan menumpang beberapa mobil yang telah disiapkan. Pada karnaval kali ini Desa Kedung Bocok menampilkan tema Pembukaan Alas Trik sesuai dengan permintaan Kepala Desa Kedung Bocok H. M. Ali Ridho yang sedang menunaikan haji sehingga pelaksanaannya dilakukan Sekretaris Desa yaitu Ibu Endah.

     Dengan tema Pembukaan Alas Trik ini tentunya berbeda dengan desa lainnya yang mengikuti karnaval tahunan ini, karena disamping mengikuti karnaval kemerdekaan peserta karnaval dari Kedung Bocok ini juga menyampaikan sebuah pesan pada masyarakat untuk memperkenalkan dan melestarikan peninggalan bersejarah di Kecamatan Tarik ini khususnya yang berada di Desa Kedung Bocok yaitu sebuah situs Alas Trik yang merupakan situs cikal bakal kerajaan Mojopahit yang tersohor itu.

     Maka dengan tema tersebut ditampilkanlah sebuah iring-iringan tentang kisah pembukaan Hutan Trik tersebut, mulai dari prajurit-prajurit yang membawa kapak, tombak, hingga pohon Mojo yang merupakan tema utamanya. Sebenarnya sebuah dramatikal tentang penamaan Mojopahit siap dilakukan oleh peserta karnaval dari Kedung Bocok ini tetapi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan dramatikal tersebut tidak dapat dilakukan, padahal dengan dramatikal ini Desa Kedung Bocok hendak menampilkan pesan pada masyarakat yang melihat karnaval itu tentang adanya sejarah besar di Tarik yang mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa ini.

     Dalam iring-iringan ini terdapat Panji dan Pataka Mojopahit, sejumlah pusaka yang berada di depan kereta kencana kemudian pohon Mojo dan buah Mojo, sejumlah Prajurit Tartar yang ditodong Prajurit Mojopahit yang merupakan pesan kalau sebenarnya bangsa kita ini juga sangat tangguh sehingga bisa mengalahkan Pasukan Tartar.

     Bila saja penulis boleh mengkisahkan walaupun dalam tampilan iring-iring karnaval Desa Kedung Bocok itu sederhana dan terkesan seadanya, tetapi itu menggambarkan betapa beratnya perjuangan pembukaan hutan Trik hingga berdirinya Mojopahit.

     "Dalam iring-iringan itu ikut pula sejumlah Resi Utama, Sejumlah putri Kaputren, Tiga Bregodo pasukan berkuda yang sebelah kanan kudanya berwarna putih, sebelah kiri kereta kencana pasukan berkuda yang kudanya berwarna hitam dan yang berada di belakang kereta pasukan berkuda yang kudanya berwarna hitam... sungguh megah iring-iringan itu...

     Demikianlah sebuah upaya dari Desa Kedung Bocok dalam memperkenalkan kembali Mojopahit kepada masyarakat Tarik.


Share:

31 Agustus 2018

Situs Watesari dalam khasanah Jejak Peradaban Kuno


     Jejak peradaban purba kembali ditemukan dikawasan Balongbendo, kali ini ditemukan di Desa Watesari tepatnya berada di punden Mbah Sukirman yang terletak di tengah lahan tebu. Temuan tersebut diawali dengan adanya kerja bhakti warga setempat di punden tersebut dengan tujuan membuat jalan ke punden, hal ini dilakukan karena selama ini jalannya tidak rata dan sulit dilewati sepeda motor.

   Ketika kerja bhakti dilakukan oleh warga dengan menggali tanah di timur makam mereka menemukan struktur pondasi bata yang membujur dari utara ke selatan demikian penuturan Suliyono seorang warga, sebelumnya juga ditemukan sebuah sumur kuno di barat makam.

     Atas temuan ini warga melaporkannya pada kepala desa Watesari Bapak Sukisno. Dan atas kesepakatan antara pemerintah desa dan warga, diadakan kembali kerja bhakti untuk memastikan sejauh mana temuan tersebut. Setelah melakukan kerja bhakti di punden Mbah Sukirman ditemukan beberapa artefak lainnya, seperti koin kuno asing, pecahan tembikar dan gerabah. Semua temuan itu untuk sementara ini dikumpulkan di salah satu sudut makam.

     Atas saran dari petinggi Siswahyono mereka menghubungi Laskar Nusantara untuk dimintai pendapat tentang temuan tersebut. Setelah diadakan beberapa pertemuan dengan Laskar Nusantara akhirnya Kepala Desa Watesari bapak Sukisno mengirim surat laporan atas temuan dugaan situs kepada dinas terkait di kabupaten Sidoarjo pada tanggal 23 Agustus 2018.

     Kemudian pada tanggal 25 Agustus 2018 hari Sabtu, pemerintah Desa Watesari mengundang media cetak, elektronik dan televisi untuk meliput temuan di punden Mbah Sukirman. Prof. Amien Widodo dari ITS Surabaya menyempatkan diri untuk hadir diacara tersebut sambil melakukan survey di beberapa titik dugaan situs di Desa Watesari.

     Menurut Pak Amien ini kemungkinan pihak ITS akan melakukan pengujian Geo-listrik dan Geo-radar bulan September mendatang untuk membantu melakukan penelusuran persebaran peradaban di Desa Watesari ini.


     Temuan di Desa Watesari ini bukanlah temuan tunggal baik di Desa Watesari sendiri ataupun di kawasan desa-desa sekitarnya. Di Desa Watesari sendiri setidaknya sudah diketahui 15 titik lebih terdapat sumur kuno yang rata-rata berbentuk bulat dan beberapa diantaranya masih terlihat dengan jelas.

     Disamping itu jejak peradaban juga terdapat di punden Mbah Waru, punden Krapyak dan di pemakaman Umum Watesari dan beberapa titik di Dusun Jatisari. Demikian pula beberapa artefak dari batu andesit juga ditemukan dari beberapa titik berupa umpak, balok andesit, lumpang dan lain sebagainya yang sebagian telah diamankan di Balai Desa Watesari.

     Desa Watesari terletak di sebelah timur Desa Suwaluh yang beberapa tahun yang silam diketahui terdapat beberapa situs disana, salah satunya adalah situs Pelawangan yang cakupannya cukup luas. Juga sebelah utara Desa Watesari terdapat Desa Jabaran yang juga ditemukan jejak peradaban disana. Demikian pula di sebelah timur terdapat Desa Seketi terdapat pula jejak peradabannya hingga ke Desa Tropodo Kecamatan Krian dimana disana tepatnya di Dusun Klagen terdapat Prasasti Kamalagian (prasasti era Airlangga). Desa Watesari juga dekat pula dengan Desa Kraton dan Desa Bakalan Wringinpitu, sehingga bila disimpulkan kemungkinan Desa Watesari termasuk dalam sebuah kawasan pemukiman padat kuno yang bisa saja itu adalah sebuah pusat keramaian atau kota dimasa lalu. Namun tentu saja hal itu baru dugaan awal saja yang perlu adanya penelitian dan pembuktian lebih lanjut.

     Demikianlah yang bisa kami tuliskan pada kesempatan ini, kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Salam Nusantaraaa ...

Share:

28 Juli 2018

Pentingnya Pencatatan Sumber-sumber Klasik Nusantara dalam Menjawab Tantangan Zaman


     Nusantara adalah sebuah kawasan yang paling awal peradabannya di dunia, berbagai penelitian akhir-akhir ini mengarah kesana, seperti ditemukan lukisan di dinding-dinding goa di Maros Sulawesi yang usianya diperkirakan para ahli telah mencapai 40.000 tahun.

     Jauh sebelum itu dugaan tentang tuanya peradaban Nusantara itu bisa dilihat dari temuan manusia purba Pithecantroupus Erectus di lembah sungai Brantas tepatnya sekarang di Desa Kepuh Klagen Kecamatan Wringinanom Gresik yang diperkirakan berusia paling tua di dunia yaitu 1,9 juta tahun.

     Berdasarkan itu tentu disinilah munculnya peradaban dunia, dari Nusantara kemudian peradaban itu bergerak ke seluruh belahan dunia. Tentunya masih banyak kekayaan-kekayaan peradaban itu yang belum terunggah karena berbagai bencana alam yang menenggelamkannya.

     Pada hari Kamis 26 Juli 2018 di ruang Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya diadakan diskusi tentang Jejak Peradaban Maritim di tepian Kali Brantas yang point utamanya adalah pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di dua tempat yang telah dilakukan oleh mahasiswa geofisika di Desa Terung Wetan dan di Desa Kedung Bocok pada bulan Maret dan Mei 2018.

Diskusi tersebut menampilkan 5 orang narasumber dari berbagai elemen yaitu:
  1. DR. Ir. Tukul Rameyo Adi M.Sc (Staf Ahli Kementrian Kemaritiman)
  2. Dr. R. Cecep Eka Permana (Arkeolog UI)
  3. Drs. Dwi Cahyono M.Si (Arkeolog  Malang)
  4. Firman Syaifuddin S.Si, M.T (Dosen Geofisika ITS)
  5. Tri Kisnowo Hadi (Laskar Nusantara 6 komunitas)
     Tepat pukul 08.00 WIB acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh semua hadirin. Selanjutnya Bapak Profesor. Amien Widodo memberikan sambutan terkait kronologi alasan digelarnya diskusi hari itu yang intinya menjalin komunikasi dari berbagai elemen yang ada dalam menguak jejak-jejak peradaban Maritim di tepian Kali Brantas secara ringkas. Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh perwakilan Rektor yaitu Bapak Muhamad Jaelani, ST., M.Sc, Ph.D



     Acara diskusi yang dipandu bapak Juan Pandu Gya Nur Rochman, S.Si.,M.T ini segera dimulai dengan pemaparan dari narasumber pertama yaitu DR. Ir. Tukul Rameyo Adi M.Sc Staff Ahli kementrian Kemaritiman pusat yang menyampaikan presentasinya dengan poin-poin sebagai berikut:
  1. Pembangunan budaya yang dikembangkan harus mempunyai dampak pada budaya itu sendiri.
  2. Budaya sebagai pondasi pembangunan.
  3. Penulisan Literasi budaya, Kodifikasi dan memahami kembali mengaktualisasi teknologi / knowledge local wisdom budaya sebagai pengantar budaya.
  4. Kegiatan Budaya atau Festival budaya harus berdasarkan Literasi.
  5. Hasil penelitian (Indep) menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kreatif.
  6. Budaya harus menjadi jatidiri bangsa.
  7. Literasi dari berbagai khazanah keanekaragaman budaya bangsa yang ditulis dengan berbagai media, buku, video sebagai sumber inovasi.
  8. Pembangunan dan pengembangan wisata yang privasi bukan massal.
  9. Penulisan Literasi yang detail dari semua keanekaragaman budaya bangsa.
     Selanjutnya Narasumber berikutya dari Universitas Indonesia yaitu seorang arkeolog senior Dr. R. Cecep Eka Permana yang menyampaikan secara ringkas tentang Peradaban Nusantara yang dianggap paling tua oleh para peneliti akhir-akhir ini dengan ditemukannya lukisan-lukisan di dinding goa di daerah Maros Sulawesi. Pak Cecep ini juga mengulas gambar-gambar perahu yang terlukis di dinding goa di berbagai tempat di Indonesia yang mengindikasikan adanya teknologi kapal pada masa itu di Nusantara. Dari pemaparan Pak Cecep ini dapat ditarik 2 poin yaitu :
  1. Penelitian bisa berdasarkan kesamaan adat, budaya, bahasa dan kesamaan lainnya.
  2. Rendahnya kebanggaan masyarakat terhadap budaya masa lalu.
     Memang poin nomor 2 diatas sangat kita rasakan pada masyarakat kita tentang rendahnya perhatian masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak terhadap budaya masa lalu kita, seolah-olah sudah tertanam dalam benak kita kalau budaya Nusantara itu kuno dan tidak dapat menjawab tantangan zaman, tentu saja anggapan tersebut adalah salah besar.

     Dalam forum-forum ini dan harus dilanjutkan dengan penelitian-penelitian nyata yang akan menjawab dan membuktikan kalau sesungguhnya budaya kita sudah tinggi tingkatannya dan selalu survive dengan kondisi zaman.

     Selanjutnya Bapak Drs. Dwi Cahyono M.Si Arkeolog dari Malang menyampaikan presentasinya tentang jejak-jejak Maritim sungai Brantas dan Bengawan Brantas. Dimulai dari istilah Maritim yang berasal dari bahasa asing yang bermakna Perairan, dalam khazanah sumber literasi prasasti terdapat kata-kata Jala yang berarti air. Dalam sebuah prasasti disebutkan nama Jalaadri, jala artinya air, adri atau adi artinya luas. Dari pemaparan Pak Dwi ini adalah beberapa poin yang bisa kita tuliskan yaitu:
  1. Sumber literasi arkelogi Maritim bisa dikuak dari nama topomini desa atau sungai (karena sangat dimungkinkan kalau aliran sungai sudah berubah atau hilang)
  2. Literasi Prasasti yang ada yaitu Prasasti Canggu (Naditirapradeca Anambangi) dan prasasti-prasati yang terkait dengan itu.
     Selanjutnya Dosen Geofisika ITS yaitu Bapak Firman Syaifuddin S.Si, M.T memaparkan presentasinya tentang hasil Geo-listrik dan Geo-radar di dua desa yaitu Desa Terung Wetan dan Desa Kedung Bocok yang diawali dari data-data geologi pantai jawa timur sebelum tahun 1200 M, 1800 M dan sampai sekarang yang terjadi banyak perubahan pada garis pantainya.

Situs Kadipaten Terung
Situs Alas Trik
          Dalam pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di Terung Wetan khususnya di sekitar situs kadipaten Trung terdapat pola-pola struktur yang diduga ada kaitannya dengan situs yang ada. Juga dari hasil sementara dapat duga lebar sungai Bengawan Trung ini dulunya sekitar 320 meter, jauh lebih lebar dari kondisi sungai sekarang.

     Dalam pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di Kedung Bocok team ITS kurang maksimal dalam pengukuran di makam klinter, sehingga datanya tidak keluar tetapi di beberapa titik khususnya di utara makam terdapat pola struktur yang terpendam.

     Selanjutnya moderator menampilkan narasumber terakhir yaitu perwakilan dari Laskar Nusantara 6 Komunitas yaitu Tri Kisnowo Hadi. Tri menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada pihak ITS yang mengundang komunitas penggiat sejarah dan budaya di Sidoarjo ini dan menceritakan kronologi perjalanan Laskar Nusantara dari awal hingga bisa hadir di diskusi pada hari itu. Yang intinya mengajak semua pihak untuk melestarikan sejarah dan budaya kita, serta meminta dukungan dari semua pihak untuk mendorong terbitnya Peraturan Daerah Tentang Cagar Budaya di kabupaten Sidoarjo yang memiliki banyak situs tetapi belum terlindungi secara layak.


     Demikianlah yang bisa kami haturkan, kurang lebihnya kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Salam Nusantara...




Share:

21 Juni 2018

Cerita Rakyat sebagai Sumber Sejarah dan Kekayaan Khazanah Budaya Bangsa


     Pada zaman modern ini banyak pihak yang menepikan cerita rakyat, legenda dan mitos sebagai sesuatu yang dibuat-buat oleh orang-orang zaman dahulu dengan tanpa bukti yang mendasar sebagai sandarannya. Bahkan seringkali disisipkan berbagai tahayul didalamnya untuk membumbui ceritanya. Hal itulah yang sebagian besar telah diyakini sebagai akibat kemajuan zaman. Namun benarkah semua cerita rakyat, legenda ataupun mitos seperti itu? Benarkah semua itu benar-benar bualan belaka? Tentu saja jawabannya tidak semua cerita rakyat begitu, kita harus cermat dan kritis melihatnya dengan memperhatikan dan memperbandingkannya dengan logika dan literatur yang ada.

Share:

19 Juni 2018

Menguak Tabir Misteri Peradaban dari nama Tempat


     Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti telah akrab dengan nama-nama Tempat disekitar lingkungan kita, seperti nama dusun, desa, kota, sungai dan lain-lain. Tentu saja kita selama ini tidak terlalu peduli akan nama-nama tersebut karena sepertinya itu hanya sekedar nama belaka. Ternyata tidak demikian, nama-nama tersebut bukanlah sekedar nama saja tetapi ada latar belakang dibalik penamaan tersebut, contohnya nama Kedung pada sebuah desa atau dusun, Kedung dalam arti bahasa Jawa adalah sebuah tempat yang dalam disebuah sungai, biasanya di sebelah sungai. Nah dari penamaan Kedung tersebut dapat disimpulkan kalau di dusun tersebut dulunya ada sebuah sungai yang memiliki kedung yang luas.
Share:

11 Juni 2018

BERBAGAI MACAM KOIN KUNO DIALAS TRIK



     Uang adalah alat tukar perdagangan dari masa ke masa yang telah ada sejak dahulu kala. Di Jawa selain koin lokal (Koin Gobog) juga ditemukan koin-koin asing dari berbagai masa, kebanyakan koin asing itu berasal dari Tiongkok.
     Koin Asing dari Tiongkok ini juga ditemukan di Situs Alas Trik tepatnya di sungai Klinter (Patusan) sejak bulan Agustus 2017 sampai Maret 2018 oleh Mukhammad Sultoni salah seorang anggota Paguyuban Satriyo Puser Mojopahit ketika sedang mencari Nyambik (Biawak) di sungai Klinter.


     Koin yang pertama ditemukan tepat sebelah barat Situs Alas Trik  -kini di bawah jembatan bambu yang membentang di atas sungai itu-.  Oleh Sultoni begitu panggilan akrabnya sekarang disimpan di rumahnya untuk dibersihkan. Setelah dibersihkan ternyata koin yang berbentuk bulat dan lubang kotak di tengah itu terlihat beraksara asing, kemungkinan beraksara Tiongkok.


     Oleh Sultoni temuan ini disampaikan pada dulur-dulur anggota 6 Komunitas yang telah berkolaborasi dalam upaya uri-uri sejarah dan budaya Sidoarjo dalam sebuah pertemuan di rumah bapak Hadi. Untuk sementara waktu temuan koin kuno itu disimpan oleh Sultoni.


     Temuan koin kuno berikutnya juga ditemukan lagi tidak jauh dari temuan pertama. Temuan kedua ini juga ditemukan Sultoni ketika membersihkan kedua tangannya setelah makan di gubug di barat makam Klinter (saat itu belum ditemukan Situs Alas Trik yang berupa Struktur pondasi yang memanjang tersebut) bulan Desember 2017.


     Berikutnya disusul temuan lagi bulan maret 2018, kali ini di sebelah utara makam Klinter yang masih di sungai Klinter juga. Hingga kini terkumpul sekitar 5 koin kuno yang sudah ditemukan.

     Dari temuan koin kuno yang kebanyakan koin asing tersebut memunculkan sebuah pertanyaan bagi kita, kenapa koin-koin asing khususnya koin Tiongkok beredar disini? Adakah sebuah kebijakan dari kerajaan-kerajaan Jawa pada masa lalu yang mengizinkan koin-koin tersebut berlaku di Jawa?

     Tentang temuan koin kuno tersebut ternyata menurut cerita warga setempat, dahulu di sebelah selatan pemakaman ketika ada penggalian makam ditemukan sebuah guci yang berisikan koin emas, tetapi karena takut temuan itu kembali ditimbun warga.


     Dari temuan koin kuno dan juga cerita warga setempat khususnya di Situs Alas Trik ini dapat diduga kalau dulunya tempat ini adalah tempat yang penting, kemungkinan ada hubungannya dengan pemukiman awal Mojopahit seperti yang telah dituliskan Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, Kidung Panji Wijayakrama maupun Prasasti Butak yang menceritakan pendirian Mojopahit di Alas Trik.

        Jum at 14 September 2018 koin - koin kuno kembali ditemukan warga Kedung Bocok ketika menggali tanah untuk makam , ketika itu Hari bersama beberapa orang warga sedang menggali tanah karena ada warga dusun Klinter yang meninggal dunia mereka menemukan puluhan koin kuno yang bertumpuk dikedalaman 100 Centimeter , oleh Hari koin - koin tersebut diserahkan kepada Agus Suyatno seorang warga yang peduli dengan peninggalan purbakala didesa Kedung Bocok .
        Agus Suyatno segera membersihkan koin - koin yang lengket dan masih bercampur dengan tanah , setelah beberapa koin dibersihkan terlihat tampilan koin tersebut seperti koin zaman Belanda yang salah satunya masih terbaca angka tahun 1867 namun tentu saja hal itu akan dipastikan dengan menanyakannya kepada ahlinya dalam hal ini ahli koin atau Numismatik , rencananya koin - koin temuan terbaru akan menjadi koleksi Museum Alas Trik.


Wallohu a'lam Bish-showab...
Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta