G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

28 Juli 2018

Pentingnya Pencatatan Sumber-sumber Klasik Nusantara dalam Menjawab Tantangan Zaman


     Nusantara adalah sebuah kawasan yang paling awal peradabannya di dunia, berbagai penelitian akhir-akhir ini mengarah kesana, seperti ditemukan lukisan di dinding-dinding goa di Maros Sulawesi yang usianya diperkirakan para ahli telah mencapai 40.000 tahun.

     Jauh sebelum itu dugaan tentang tuanya peradaban Nusantara itu bisa dilihat dari temuan manusia purba Pithecantroupus Erectus di lembah sungai Brantas tepatnya sekarang di Desa Kepuh Klagen Kecamatan Wringinanom Gresik yang diperkirakan berusia paling tua di dunia yaitu 1,9 juta tahun.

     Berdasarkan itu tentu disinilah munculnya peradaban dunia, dari Nusantara kemudian peradaban itu bergerak ke seluruh belahan dunia. Tentunya masih banyak kekayaan-kekayaan peradaban itu yang belum terunggah karena berbagai bencana alam yang menenggelamkannya.

     Pada hari Kamis 26 Juli 2018 di ruang Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya diadakan diskusi tentang Jejak Peradaban Maritim di tepian Kali Brantas yang point utamanya adalah pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di dua tempat yang telah dilakukan oleh mahasiswa geofisika di Desa Terung Wetan dan di Desa Kedung Bocok pada bulan Maret dan Mei 2018.

Diskusi tersebut menampilkan 5 orang narasumber dari berbagai elemen yaitu:
  1. DR. Ir. Tukul Rameyo Adi M.Sc (Staf Ahli Kementrian Kemaritiman)
  2. Dr. R. Cecep Eka Permana (Arkeolog UI)
  3. Drs. Dwi Cahyono M.Si (Arkeolog  Malang)
  4. Firman Syaifuddin S.Si, M.T (Dosen Geofisika ITS)
  5. Tri Kisnowo Hadi (Laskar Nusantara 6 komunitas)
     Tepat pukul 08.00 WIB acara dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh semua hadirin. Selanjutnya Bapak Profesor. Amien Widodo memberikan sambutan terkait kronologi alasan digelarnya diskusi hari itu yang intinya menjalin komunikasi dari berbagai elemen yang ada dalam menguak jejak-jejak peradaban Maritim di tepian Kali Brantas secara ringkas. Selanjutnya acara dibuka secara resmi oleh perwakilan Rektor yaitu Bapak Muhamad Jaelani, ST., M.Sc, Ph.D



     Acara diskusi yang dipandu bapak Juan Pandu Gya Nur Rochman, S.Si.,M.T ini segera dimulai dengan pemaparan dari narasumber pertama yaitu DR. Ir. Tukul Rameyo Adi M.Sc Staff Ahli kementrian Kemaritiman pusat yang menyampaikan presentasinya dengan poin-poin sebagai berikut:
  1. Pembangunan budaya yang dikembangkan harus mempunyai dampak pada budaya itu sendiri.
  2. Budaya sebagai pondasi pembangunan.
  3. Penulisan Literasi budaya, Kodifikasi dan memahami kembali mengaktualisasi teknologi / knowledge local wisdom budaya sebagai pengantar budaya.
  4. Kegiatan Budaya atau Festival budaya harus berdasarkan Literasi.
  5. Hasil penelitian (Indep) menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kreatif.
  6. Budaya harus menjadi jatidiri bangsa.
  7. Literasi dari berbagai khazanah keanekaragaman budaya bangsa yang ditulis dengan berbagai media, buku, video sebagai sumber inovasi.
  8. Pembangunan dan pengembangan wisata yang privasi bukan massal.
  9. Penulisan Literasi yang detail dari semua keanekaragaman budaya bangsa.
     Selanjutnya Narasumber berikutya dari Universitas Indonesia yaitu seorang arkeolog senior Dr. R. Cecep Eka Permana yang menyampaikan secara ringkas tentang Peradaban Nusantara yang dianggap paling tua oleh para peneliti akhir-akhir ini dengan ditemukannya lukisan-lukisan di dinding goa di daerah Maros Sulawesi. Pak Cecep ini juga mengulas gambar-gambar perahu yang terlukis di dinding goa di berbagai tempat di Indonesia yang mengindikasikan adanya teknologi kapal pada masa itu di Nusantara. Dari pemaparan Pak Cecep ini dapat ditarik 2 poin yaitu :
  1. Penelitian bisa berdasarkan kesamaan adat, budaya, bahasa dan kesamaan lainnya.
  2. Rendahnya kebanggaan masyarakat terhadap budaya masa lalu.
     Memang poin nomor 2 diatas sangat kita rasakan pada masyarakat kita tentang rendahnya perhatian masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak terhadap budaya masa lalu kita, seolah-olah sudah tertanam dalam benak kita kalau budaya Nusantara itu kuno dan tidak dapat menjawab tantangan zaman, tentu saja anggapan tersebut adalah salah besar.

     Dalam forum-forum ini dan harus dilanjutkan dengan penelitian-penelitian nyata yang akan menjawab dan membuktikan kalau sesungguhnya budaya kita sudah tinggi tingkatannya dan selalu survive dengan kondisi zaman.

     Selanjutnya Bapak Drs. Dwi Cahyono M.Si Arkeolog dari Malang menyampaikan presentasinya tentang jejak-jejak Maritim sungai Brantas dan Bengawan Brantas. Dimulai dari istilah Maritim yang berasal dari bahasa asing yang bermakna Perairan, dalam khazanah sumber literasi prasasti terdapat kata-kata Jala yang berarti air. Dalam sebuah prasasti disebutkan nama Jalaadri, jala artinya air, adri atau adi artinya luas. Dari pemaparan Pak Dwi ini adalah beberapa poin yang bisa kita tuliskan yaitu:
  1. Sumber literasi arkelogi Maritim bisa dikuak dari nama topomini desa atau sungai (karena sangat dimungkinkan kalau aliran sungai sudah berubah atau hilang)
  2. Literasi Prasasti yang ada yaitu Prasasti Canggu (Naditirapradeca Anambangi) dan prasasti-prasati yang terkait dengan itu.
     Selanjutnya Dosen Geofisika ITS yaitu Bapak Firman Syaifuddin S.Si, M.T memaparkan presentasinya tentang hasil Geo-listrik dan Geo-radar di dua desa yaitu Desa Terung Wetan dan Desa Kedung Bocok yang diawali dari data-data geologi pantai jawa timur sebelum tahun 1200 M, 1800 M dan sampai sekarang yang terjadi banyak perubahan pada garis pantainya.

Situs Kadipaten Terung
Situs Alas Trik
          Dalam pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di Terung Wetan khususnya di sekitar situs kadipaten Trung terdapat pola-pola struktur yang diduga ada kaitannya dengan situs yang ada. Juga dari hasil sementara dapat duga lebar sungai Bengawan Trung ini dulunya sekitar 320 meter, jauh lebih lebar dari kondisi sungai sekarang.

     Dalam pemaparan hasil Geo-listrik dan Geo-radar di Kedung Bocok team ITS kurang maksimal dalam pengukuran di makam klinter, sehingga datanya tidak keluar tetapi di beberapa titik khususnya di utara makam terdapat pola struktur yang terpendam.

     Selanjutnya moderator menampilkan narasumber terakhir yaitu perwakilan dari Laskar Nusantara 6 Komunitas yaitu Tri Kisnowo Hadi. Tri menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada pihak ITS yang mengundang komunitas penggiat sejarah dan budaya di Sidoarjo ini dan menceritakan kronologi perjalanan Laskar Nusantara dari awal hingga bisa hadir di diskusi pada hari itu. Yang intinya mengajak semua pihak untuk melestarikan sejarah dan budaya kita, serta meminta dukungan dari semua pihak untuk mendorong terbitnya Peraturan Daerah Tentang Cagar Budaya di kabupaten Sidoarjo yang memiliki banyak situs tetapi belum terlindungi secara layak.


     Demikianlah yang bisa kami haturkan, kurang lebihnya kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Salam Nusantara...




Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta