G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

30 Desember 2017

Selayang Pandang Situs Urang Agung

     Urangagung adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Sidoarjo Kota, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang kini terkenal karena ada temuan Situs Purbakala yang kini dinamakan masyarakat sebagai Situs Sendang Agung. Sebelum adanya temuan Situs Purbakala tersebut sekitar bulan September 2015 komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya Lakon Jagad dan Balasatya Wetan bersama dengan seorang Arkeolog Numismatik Indonesia dari Cilincing Jakarta, Sofyan Sunaryo Direktur Numismatik Indonesia sempat melakukan survey di beberapa titik di wilayah Urangagung salah satunya di makam Urangagung terdapat bata-bata kuno yang telah beralih menjadi Nisan, beberapa pecahan batu pipisan serta bata lengkung.

     Penemuan Situs Purbakala pertama kali diinisiasi oleh Bapak Sugiantono pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 17.00 WIB ketika membuat galian sumuran untuk menyirami tanaman Jagung. Beliau menemukan tumpukan bata kuno yang masih terstruktur di tempat itu, lalu temuan tersebut dilaporkan pada pengurus RT/RW setempat yang memancing perhatian warga Dusun Njaretan untuk melihatnya.

     Setelah mendapat laporan dan melihat langsung temuan Bapak Sugiantono tersebut segera diadakan kerja bhakti warga setempat untuk memastikan seberapa luas dan bagaimana bentuknya, didasari dengan kuatnya rasa penasaran warga atas temuan tumpukan bata kuno itu. Setelah beberapa waktu akhirnya struktur bata yang diduga sebuah bangunan irigrasi itu pun mulai tampak, berita penemuan Situs Purbakala di Urangangung itu menggema ke berbagai penjuru. Berbondong-bondong warga dari desa lain melihat temuan tersebut sampai-sampai mereka membawa botol-botol kosong air mineral untuk mengambil air dari Situs tersebut dengan berbagai keperluan.

     Dengan semakin gencarnya pemberitaan temuan Situs ini akhirnya pihak-pihak terkait mulai berdatangan seperti pemerintah kelurahan, kecamatan Sidoarjo Kota, Polsek Kota Sidoarjo, bahkan BPCB Trowulan yang datang untuk melihat temuan tersebut, termasuk salah satu calon wakil bupati Sidoarjo saat itu tengah menuju Pilbup yaitu Cak Nur beserta rombongan juga melakukan kunjungan di Njaretan Urangangung. Pemberitaan melalui media massa sangat gencar terhadap Situs ini sebagaimana diberitakan Jawa Pos pada tanggal 2 Maret 2016. Menurut hasil penelitian Dinas Kesehatan kabupaten Sidoarjo menyatakan bahwa Ph air Sendang Agung berada diatas normal (bersifat alkali), artinya air di Sendang Agung ini layak dikonsumsi untuk kesehatan masyarakat. Team dari mahasiswa ITS Surabaya juga terjun di Situs Sendang Agung ini, mereka membantu pencarian Situs lainnya yang kemungkin tersebar dengan melakukan Survey Georadar seperti yang pernah mereka lakukan pada Situs Pelawangan Suwaluh Balongbendo.

     Setelah penemuam struktur bata kuno yang diduga bangunan irigrasi era Kadhiri tersebut disusul dengan temuan kedua pada bulan Desember 2015 yang berupa sumur kuno yang berbentuk oval dengan kedalaman 5 meter, terletak di sekitar 50 meter sebelah utara temuan pertama.

     Berikutnya temuan ketiga berada tepat di utara temuan pertama yang berupa struktur bata pada bulan Januari 2016. Dan disusul lagi temuan keempat yang berada di sebelah barat temuan ketiga pada bulan Desember 2016.

     Temuan kelima yang berada di selatan temuan pertama sekitar bulan November 2017 inilah yang sempat heboh, karena Pihak BPCB Trowulan segera datang bersama dinas terkait kabupaten Sidoarjo melihat temuan kelima dengan membawa sebuah teguran keras pada warga Njaretan khususnya pada pengurus Paguyuban Sendang Agung untuk menghentikan penggalian yang dianggap liar dan melanggar Undang-Undang Cagar Budaya. Sempat terjadi perdebatan yang sengit antara BPCB Trowulan dengan warga.

     Warga meminta kejelasan status Sendang Agung pada BPCB yang selama ini memang belum jelas sehingga warga merasa tidak melakukan kesalahan karena belum adanya kejelasan status Situs tersebut. Namun warga dengan legowo akhirnya menghentikan penggalian tersebut sambil terus berupaya memperjuangkan status Situs Sendang Agung ini supaya diakui secara resmi sebagai Situs Cagar Budaya.


         Dua hari setelah Kirab Agung 7 Tumpeng yang telah ketiga kalinya digelar di Sendang Agung tepat hari Kamis warga secara tidak sengaja menemukan lagi sebuah situs yang berjarak sekitar 7 meter dari temuan sumur , lagi- lagi sebuah sumur kuno ditemukan ketika membuat galian sumuran , temuan ini merupakan temuan yang keenam .
           
             Sekali lagi tanpa disengaja Mbah Gino kuncen sendangagung, menemukan sumur kuno kemarin 13 september 2018 sekitar pukul 16.00 WIB sore ketika Mbah Gino berniat untuk membuat sumuran buat menyirami tanaman kacang ijonya,tanpa disengaja pada kedalaman sekitar 120m an cangkulnya membentur pada benda keras, ketika di lihat ternyata itu bata lengkung.
      Karena penasaran penggalian dilanjutkan untuk memastikannya , akhirnya terlihatlah sebuah sumur kuno itu. 
      Penemuan ini akan segara dilaporkan ke pihak terkait ,harapan masyarakat Pagayuban Sendang Agung akan ada tinjauan dan pendampingan dari pihak BPCB. 

     Memang sekitar Situs Sendang Agung ini diduga masih banyak sekali struktur bangunan yg masih terpendam, h al ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari pihak ITS akhir tahun 2015 lalu , Grafik geolistrik ITS menunjukkan memang banyak sekali diduga struktur bangunan kuno di sekitar Situs Sendang Agung.
      
     Demikianlah dengan semakin banyak temuan di Sendang Agung khususnya dan Sidoarjo umumnya akan mendorong pihak Pemerintah Kabupaten dan DPRD Sidoarjo untuk segera menerbitkan Peraturan Daerah Tentang Cagar Budaya untuk melindungi dan melestarikan situs - situs tersebut.

Semogaaa!!!

Salam Nusantara!!!

Share:

29 Desember 2017

Jejak Patirtaan di Alas Trik


     Di sebuah dusun yang konon mempunyai jejak sejarah lebih tua dari Trowulan, adalah sebuah dusun yang konon merupakan tempat pembukaan Hutan Trik tempat pertama kali dicetuskannya sebuah nama yang menggetarkan dunia "Mojopahit!"

     Adanya sebuah pemukiman biasanya tidak jauh dari ketersediaan air sebagai kebutuhan utama kehidupan manusia sehari-hari, demikian pula di dusun yang diduga sebagai pemukiman awal Mojopahit ini. Terdapat sebuah sumber mata air yang dulunya sangat jernih airnya. Warga menamakan sumber air tersebut dengan istilah "Sumber".
     Sebagian warga menyebutnya dengan nama "Sendang Otik" yang maknanya sebuah sumber air atau telaga yang dikelilingi pepohonan. Konon menurut cerita rakyat yang berkembang Sendang Otik ini merupakan tempat bersuci sebelum memasuki sebuah bangunan suci. Bangunan suci yang dimaksudkan dalam cerita rakyat ini adalah sebuah Puri tempat kediaman Raja atau Puri Dalem.
     Namun seiring berjalannya waktu sumber air tersebut kini kondisinya sangat memperihatinkan. Semak-semak belukar telah menutupinya sehingga sulit sekali untuk mengetahui luasnya. Belum lagi tempat itu menjadi tempat pembuangan sampah dan kotoran hewan. Sungguh sangat miris bila melihat sejarah besar yang pernah timbul di dusun ini, sebuah tempat dimulainya sebuah kejayaan yang melambungkan Nusantara dikancah dunia.


     Raditya 24 Desember 2017 yang lalu beberapa orang dari 6 Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya Sidoarjo melakukan penelusuran jejak peradaban di beberapa titik di dusun tersebut. Dalam penelusuran yang sebelumnya telah berkali-kali dilakukan itu mereka menemukan sebuah artefak penting yang menguatkan dugaan pemukiman awal Mojopahit, yaitu sebuah batu berlubang yang ditemukan di sebelah barat Sendang Otik diantara tumpukan batu di sudut sebuah rumpun bambu (Barongan) setelah melihat secara seksama batu berlubang tersebut dibersihkan dengan menggunakan kuas. Setelah dibersihkan terlihat ukirannya di beberapa bagian yang luput dari kerusakan, salah seolah anggota dari 6 Komunitas tersebut mengenalinya dengan istilah Batu Pancuran atau Jaladwara biasanya ada di patirtan.


       Temuan batu Jaladwara bermotif Makara ini sangat penting artinya bagi penelusuran jejak peradaban khususnya didusun ini dan umumnya di desa-desa lain yang termaktub dalam lingkungan Alas Trik ini karena akan semakin memperkuat dugaan kalau pemukiman awal Mojopahit memang berada disini. Atas temuan ini 6 Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya mempunyai dugaan bahwa masih banyak artefak-artefak penting lainnya masih tersimpan di dusun ini, bahkan mereka menduga pernah ada sebuah bangunan Patirtan di dusun ini. Tentu saja dugaan letak Patirtan tersebut tidak jauh dari Sendang Otik.


     Dugaan itu semakin diperkuat cerita warga setempat tentang sebuah batu berbentuk altar yang berada di tengah Sendang Otik ketika masih berfungsi dulu, namun dugaan-dugaan tersebut masih butuh artefak-artefak pendukung lainnya untuk itulah 6 Komunitas tersebut terus melakukan penyisiran di beberapa titik dan bersosialisasi merangkul semua pihak agar bersama-sama uri-uri peninggalan Leluhur kita yang di masa kejayaannya telah menjadi Mercusuar Dunia di dusun ini maupun desa-desa lain yang masuk lingkungan Alas Trik.


     Demikianlah sebait dua bait kalimat yang bisa kami sampaikan di artikel ini, semoga dengan berjalannya waktu makin tumbuh kesadaran di hati kita semua untuk kembali ke Jatidiri Bangsa Kita, Jatidiri Bangsa yang pernah menjadi Mercusuar Dunia...

Salam Nusantara...
Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta