G A R D A W I L W A T I K T A

Blog ini bertujuan sebagai wadah/sarana ilmu pengetahuan, sejarah, mitos, dan juga pencarian jejak-jejak peradaban peninggalan Kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Silahkan bagi yang ingin mengikuti komunitas ini kita bisa belajar bersama-sama, karena kami juga sangat minim pengetahuan, dan diharapkan kita bisa sharing berbagai informasi tentang sejarah yang ada di Nusantara ini...

Laman

23 Januari 2018

Senandung Malam Sang Peradaban


   Hujan rintik-rintik telah turun sejak petang, hawa dingin menyebar ke segala penjuru alam, angin lembut datang silih berganti seakan mengabarkan berganti-ganti zaman. Suasana di Balai Desa itu cukup ramai karena adanya sosialisasi sebuah kegiatan yang rutin digelar secara berkala di Negeri ini.
Share:

17 Januari 2018

Pemancangan Papan Nama Situs Kadipaten Trung

https://youtu.be/d4ppoUD37fU
Share:

15 Januari 2018

Sabda Kedaulatan Kadipaten Terung


     Sabda artinya adalah perkataan dari seorang yang dimuliakan, sabda adalah sebuah bentuk respon dari sebuah keadaan yang terjadi disebuah tempat. Dalam hal ini sebuah keadaan yang darurat serta perlu tindakan cepat dilakukan di situs yang diduga kuat sebagai Situs Kadipaten Terung, sebuah nama yang familiar dikalangan pecinta sejarah yaitu sebuah nama tempat yang keberadaannya dicatat dalam beberapa khazanah lokal sejarah sastra klasik, Pararaton maupun di cerita-cerita lokal tentang keberadaan sebuah Kadipaten penyanggah utama Kotaraja Mojopahit.
Share:

12 Januari 2018

Berdikari

https://youtu.be/1GesSds-OEU
Share:

10 Januari 2018

Simpul Rahasia Alas Terik

https://youtu.be/BVPlRrsHA_0
Share:

Nyanyian peradaban

https://youtu.be/P0kYZ4EEmJ4
Share:

4 Januari 2018

Penyelamatan Dorpel

     Dorpel adalah sebuah artefak dari batu andesit yang berfungsi sebagai tempat menambatkan pintu agar bisa digerakan membuka atau menutup pintu (semacam engsel) melihat dari penempatannya Dorpel ini diatas dan dibawah.

     Sebuah Dorpel yang berukuran panjang 120 cm lebar 40 cm dan tebal 20 cm ditemukan di sawah milik Abah Gino seorang warga Dusun Klinter Desa Kedung Bocok Tarik. Awalnya Dorpel ini sejak dahulu berada di tempat tersebut menancap dengan posisi miring berorientasi timur barat . 

     Sekitar bulan Desember 2017 pemilik sawah dimana Dorpel itu berada yaitu Abah Gino ingin memindahkan Dorpel tersebut dari sawahnya yang terletak di sebelah utara SDN Kedung Bocok dengan menyuruh seorang warga Dusun Bocok yaitu Pak Iman. Pak Iman pun menyanggupinya sesuai negosiasi upahnya. Menurut cerita rakyat setempat selama ini belum ada satupun orang yang berani mengusik keberadaan Watu Lumpang itu demikian warga menyebut batu Dorpel.

     Namun dengan pelan-pelan pak Iman mengambil tanah di bawah Dorpel itu dan perlahan-lahan sambil memasukkan gerobak angkut satu rodanya di bawah batu Dorpel tersebut sampai benar-benar seluruh Dorpel berada diatas gerobak angkutnya. Kemudian pak Iman meminta Abah Gino membantunya mendorong dan mengangkat gerobak angkut itu sehingga bisa sejajar kemudian Abah Gino berkata pada pak Iman agar segera membawa Dorpel itu keluar dari sawahnya.

     Akhirnya pak Iman membawa Dorpel itu menuju Dusun Bocok sekitar 1 kilometer dari tempat Dorpel itu semula berada. Akhirnya batu tersebut ditaruhnya ditimur sebuah rumah warga -yang ada warung Wifinya- :-D di utaranya sebuah Musollah dan Makam.

     Tanggal 26 Desember 2017 kami bersama dua orang anggota dari 6 komunitas pecinta sejarah dan Budaya yaitu pak Hadi dan pak Nizar sedang survey di beberapa titik di Dusun Medowo Gampingrowo. Ketika itulah mereka mendapatkan informasi dari seorang pemuda yang bernama Nanang tentang adanya seseorang dari Bocok yang mengambil Dorpel dari tempat semula dan dibawa pulang ke Bocok.

     Tanggal 27 Desember 2017 setelah mendapat informasi hilangnya Dorpel tersebut mas Eko Finda Jayanto ketua komunitas Garda Wilwatikta mencoba mencari tahu dimana keberadaan benda tinggalan Arkeologi tersebut dengan menanyakan kepada beberapa orang yang ada di sekitar tempat Dorpel itu semula berada. Setelah menemui beberapa orang di Klinter akhirnya mas Eko mendapat informasi kalau yang membawa Dorpel tersebut bernama pak Iman warga Bocok. Akhirnya mas Eko berhasil menemukan batu Dorpel tersebut bahkan bertemu dengan pak Iman, dan sempat terjadi dialog diantara mereka yang intinya tidak sembarang orang yang berani memindahkan Dorpel tersebut.

     Radite 31 Desember 2017 sekitar jam 09.00 WIB kembali kami bersama anggota Satriyo Puser Mojopahit mas Prasetyo dan anggota Garda Wilwatikta mas Dicki Wahyudi berusaha mencari keberadaan Dorpel dari informasi mas Eko itu. Namun sampai jam 11.00 WIB belum menemukannya, setelah rehat di warkop Juglang dan bertemu pak Kusbiyanto pencarian kita lanjutkan menuju Dusun Bocok. Setelah mencari tempat yang dimaksud akhirnya kami bisa melihat Dorpel itu di sebelah timur rumah warga di pekarangan kosong. Melihat kehadiran kami beberapa orang warga yang ada di tempat itu segera bertanya kepada kami, kami menjawab kalau kami mencari sebuah batu yang berada di situ. Akhirnya terjadi dialog antara kami dengan warga yang intinya warga ingin batu tersebut diambil saja dari tempat itu karena menimbulkan keresahan.

     Adalah mas Umar warga setempat yang membantu kami mendekati pak Iman sosok warga yang memindahkan dorpel tersebut. Kemudian datanglah ibu dari pak Iman melihat batu tersebut dan berdialog dengan kami. Setelah itu mas Umar mengajak kami menemui pak Iman di rumahnya yang tak jauh dari dorpel itu ditaruh.

     Kami berempat duduk di geradak bambu depan rumah pak Iman menunggu beliau selesai sholat, tak lama kemudian datang dua orang yang masing-masing membawa motor. Yang pertama langsung berkata dengan sengit pada kami kalau sejak dulu batu lumpang itu ada di sawahnya dan tidak mempunyai nilai sejarah. Disusul oleh seorang yang datang membawa motor RX King yang meraung-raung lalu berkata keras kepada kami.

     Kami pun segera menghampiri mereka berdua dan memperkenalkan diri kalau kami ini dari komunitas pecinta sejarah dan budaya yang ingin melestarikan jejak peradaban di desa Kedung Bocok ini khususnya dan Tarik umumnya. Setelah mendengar penjelasan kami dan mas Umar akhirnya mereka yang ternyata Abah Gino dan Kepala Desa Kedung Bocok dapat melunak dan bisa cair pembicaraannya bahkan akhirnya Abah Ridho (Kades Kedung Bocok ini) menyediakan tempat di salah satu ruangan di Balai desa untuk ditempati Batu Dorpel dan temuan-temuan lainnya.

     Abah Ridho segera memanggil jajarannya untuk membawa sebuah kendaraan pengangkut beroda tiga untuk mengangkut Dorpel ini untuk dibawa menuju balai desa. Kami pun bersama-sama mengangkat batu yang sangat berat ini ke atas motor beroda tiga itu dengan susah payah. Pak Iman dan mas Umar ikut menyertai perjalanan menuju Balai Desa Kedung Bocok.

     Setelah berhasil menurunkan Dorpel dan menempatkannya di ruangan yang ditunjuk pak Kades, kami bersyukur sekali karena sudah ada tempat yang layak untuk menyimpan salah satu artefak peninggalan arkeologi ini. Terlebih Abah Ridho berencana ingin membuat Perdes untuk museum desa ini dengan mengaktifkan kegiatan Karang Taruna setempat.

     Terimakasih kami ucapkan untuk segenap anggota 6 komunitas pecinta sejarah dan budaya yang terus eksis melestarikan peninggalan sejarah.
Terimakasih juga kepada Bapak Kades Kedung Bocok, Pak Iman, Mas Umar dan juga Abah Gino.


Salam 6 komunitas

          
Share:

1 Januari 2018

Jejak Peradaban Purba Desa Kedung Bocok

     Desa Kedung Bocok terletak sebelah barat Desa Singogalih, sebelah utara dan sebelah baratnya ada Desa Gampingrowo, dan sebelah selatannya dibatasi sungai Porong.

     Menurut serat Pararaton yang dibuat oleh seorang Pujangga yang tidak disebutkan namanya pada masa sesudah keruntuhan Mojopahit. Salah satu bagian yang mengkisahkan pembukaan sebuah hutan di dekat delta sungai Brantas yang tidak jauh dari pelabuhan Canggu dan nama hutan itu disebut dengan sebutan Alase Wong Trik, untuk membangun sebuah padukuhan tempat tinggal Dyah Sanggrawijaya beserta keluarga dan pengikutnya setelah keruntuhan Singhasari. Dugaan tempat pembukaan hutan tersebut memang tidak mutlak di wilayah kecamatan Tarik saja, mengingat dari tempat lain ada nama desa atau yang mirip seperti di Sumber Terik - Krian atau Dusun Tarik di wilayah Kabuh Jombang. Namun dari riset yang pernah dilakukan berbagai pihak salah satunya Balai Arkeologi Jogjakarta pada 1986-1994 setidak-tidaknya ada sebuah kesimpulan kalau di Medowo (Desa Gampingrowo) dan Klinter (Desa Kedung Bocok) diduga adalah pemukiman awal Mojopahit.
     Disamping itu adanya kesadaran anak-anak bangsa yang tergabung dalam berbagai komunitas pecinta sejarah dan budaya tergerak untuk menelusuri jejak-jejak peradaban purba di wilayah kecamatan Tarik, termasuk Desa Kedung Bocok yang kaya peninggalan arkeologi dan sejarah.
     Dari penelusuran 6 komunitas tersebut, khususnya Satriyo Puser Mojopahit dan Garda Wilwatikta telah mendata beberapa temuan yang sebagian ada di Dusun Klinter dan Dusun Kedung Bocok kulon.

1. Sebuah batu andesit (120 cm x 40 cm & tebal 20 cm) disebut Dorpal...

2. Sebuah batu andesit (35 cm x 20 cm & tebal bagian tengah 18 cm) ada yang menyebutkan       batu Pipisan atau Arupadatu...

3. Batu lumpang berdiameter 20 cm...

4. puluhan serpihan tembikar, gerabah, dan terakota...

     Di dusun Bocok kulon sebuah Umpak berukuran 70 cm x 70 cm tinggi 30 cm yang masih berada ditempatnya di tepi sungai Porong menunggu untuk diselamatkan. Tentunya masih banyak benda-benda arkeologi lainnya yang masih terpendam di Desa Kedung Bocok ini, seperti perahu kuno, struktur pondasi dan lain sebagainya.

     Mengingat dekatnya lokasi wilayah Kedung Bocok dengan Medowo yang dikenal sebagai pemukiman awal Mojopahit sangat dimungkinkan bahwa peradaban awal itu juga termasuk wilayah Desa Kedung Bocok. Untuk itulah perlu dilakukan penyelamatan-penyelamatan oleh kita semua, masyarakat, komunitas pecinta sejarah dan tentunya pemerintah Desa Kedung Bocok.

     Terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada Bapak Kepala Desa Kedung Bocok yang telah memberi dukungan dan fasiltas untuk menampung benda-benda bersejarah di Desa Kedung Bocok, juga pada bapak Iman, mas Umar serta seluruh warga yang membantu.



Salam Nusantara!!!
   

Share:
Komunitas Pecinta Sejarah dan Budaya - GARDA WILWATIKTA Tado Singkalan - "Menapak Jejak, Mematri Semangat, Mengunggah dan Melestarikan Peradaban Nusantara"

Garda Wilwatikta