sengkalan bisa bermakna pecahan atau sesuatu yang memisah, tetapi bisa juga berasal dari kata sengkolo yang berarti halangan.
11 Juli 2025
JEJAK PERADABAN DI SINGKALAN
Secara administratif Dusun
Singkalan terletak di Desa Singkalan Kecamatan Balongbendo
Kabupaten Sidoarjo. Pertama kita akan mencoba untuk mencari makna dari nama Singkalan. Ada 2 versi, versi pertama menurut informasi yang berkembang sebenarnya nama singkalan
berasal dari kata singkal, yang artinya alat pertanian yang terbuat dari besi
yang biasanya ditarik oleh 2 ekor sapi atau kerbau. Nah, dari versi pertama
tersebut muncul sebuah kesimpulan bahwa di tempat ini adalah tempat pertanian,
dan sampai sekarang di Dusun Singkalan masih banyak lahan lahan pertanian.
Versi yang kedua yang menyebutkan bahwa nama singkalan berasal dari kata
sengkalan,
sengkalan bisa bermakna pecahan atau sesuatu yang memisah, tetapi bisa juga berasal dari kata sengkolo yang berarti halangan.
sengkalan bisa bermakna pecahan atau sesuatu yang memisah, tetapi bisa juga berasal dari kata sengkolo yang berarti halangan.
Di sini kita akan bahas versi yang
pertama, mengingat kemungkinan sejak dahulu kala Singkalan
merupakan lahan pertanian yang amat subur, tentunya hanya sedikit jejak
peradaban yang ada di Dusun ini.
Dari informasi warga dan penelusuran kami, jejak peradaban tersebut hanya
terdapat
di
sekitar pemakaman umum Dusun Singkalan. Di dalam pemakaman tersebut terdapat sebuah punden yang disebut warga sebagai Punden Krapyak. Terdapat sebuah makam di punden tersebut yang disebut sebagai Mbah Buyut Soro, di sebelah utara
punden terdapat bata-bata kuno yang beralih fungsi menjadi nisan, juga sebelah
timur yang posisinya agak menjorok ke timur, terdapat beberapa makam yang
terdapat bata-bata kuno yang dijadikan nisan maupun pembatas makam.
Menurut informasi dan penelusuran kami
bahwa ada semacam pemukiman kecil di pemakaman Singkalan. Selain itu di sebelah
utara dekat pesisir Sungai Mas ada sebuah makam kuno puthuk dan sebuah punden
yang disebut Punden Gebang. Kemungkinan 2 tempat tersebut adalah tempat
terdekat dari Sungai Mas (mungkin semacam tambatan kapal atau perahu).
Disebelah Timur makam Singkalan yaitu di tanah milik warga yang bernama Jumadi pernah digali tanahnya untuk dijual sebagai tanah uruk, penggalian dilakukan cukup dalam hingga mencapai kedalaman 4 meter, ketika menggali dikedalaman 4.5 meter ditemukan bata bata kuno yang berukuran besar, semakin digali makin terlihat jelas ada struktur pondasi yang berorientasi barat daya , struktur pondasi yang ditemukan sejajar dengan perkiraan ukuran lebar pondasi 1 meter jarak antara struktur diperkirakan 8 meter dengan panjang belum diketahui karena penggalian hanya ditanah milik Pak Jumadi saja diperkirakan panjangnya struktur itu sangat panjang, mungkin saja ini adalah kanal menurut penuturan Pak Jumadi arah sepasang struktur pondasi ini mengarah ke barat daya yaitu ke arah Punden Doro yang ada di dusun Tado.
Penulis berspekulasi Struktur yang diduga Kanal ini mungkin berasal dan menyambung dari Dukuh Pulolancing desa Kedung Sukodani yang tahun 2015 pernah diobservasi Garda Wilwatikta ( lihat Observasi Dugaan Situs Dukuh), jika benar dugaan Struktur kanal ini mengarah ke Punden Doro di Tado bisa pula sambung sampai sungai Mangetan, tentu saja ini sekedar dugaan saja namun jika itu benar mungkin saja jauh sebelum Majapahit sudah ada peradaban besar dikawasan ini.
Menurut Seorang Sejarawan sekaligus Peneliti dari Artefak Nusantara yaitu mas Dewangga Mega dari Tuban dalam Podcast yang digelar di YouTube Garda Wilwatikta tentang I Tda Beliau menduga kemungkinan Singkal yang dimaksudkan adalah salah satu bentuk Jangkar Kapal atau Perahu, karena menurutnya Bentuk Jangkar itu bermacam macam, dan terbuat dari logam bahkan dari batu Andhesit, mungkin saja yang ditemukan di Singkalan itu adalah Jangkar Kapal yang dipergunakan untuk mengaduk tanah pertanian yang biasa disebut Singkal, dari sinilah nama Singkalan berasal.
Beberapa
bulan yang lalu area makam puthuk digali sekitar kedalaman 30 cm tetapi belum
menemukan struktur bangunan, diduga penggaliannya kurang dalam. Tanah-tanah tersebut
diambil oleh truk untuk dijual sebagai tanah uruk.
Hanya
itulah yang bisa kami smapaikan dari Dusun Singkalan tersebut, mohon maaf bila
banyak hal yang belum kami ketahui tentang jejak peradaban di Dusun ini, terimakasih...
29 Juni 2025
Jejak Peradaban Desa Sebani Tarik Sidoarjo.
Mengais jejak peradaban desa Sebani Tarik Sidoarjo.
Sebani adalah sebuah desa yang berada di wilayah kecamatan Tarik, Desa Sebani ini sebelah timur berbatasan dengan desa Gampingrowo, dengan Mliriprowo sisi selatan dan barat serta utara berbatasan dengan desa Kramat Temanggung dan desa Singkalan. Wilayah desa sebani ini terdapat 3 dusun yaitu Sebani, Blijo dan Blere , sebagian wilayahnya sudah masuk pabrik kertas Tjiwi Kimia khususnya wilayah Sebani dan Blere.
Tidak dapat dipastikan apa makna dari nama Sebani, Blijo mungkin juga Blere tetapi kami mencoba menguraikan dari informasi yang kami dengar dari berbagai sumber, Blere misalnya kemungkinan maknanya dari bahasa jawa yang berarti belang ,Blijo sulit diartikan tetapi dari kata Bli yang merupakan bahasa Bali yang artinya kurang lebih kakak tertua yang dihormati tetapi klo digabungkan Blijo belum bisa diartikan namun kemungkinan ada sesepuh dusun yang tahu artinya dan juga tahu sejarahnya, dipersawahan sebelah utara Blijo terdapat sebuah punden yang kini telah dipugar menjadi sebuah pendopo yang berpagar bergaya model Trowulan, dulunya ada sebuah pohon besar dipunden ini, tentang jejak peradaban dipunden ini memang sangat sulit dilihat ketika dulu belum dipugar dan semakin sulit ketika kini karena tertutupi bangunan baru.
Sebani sendiri juga belum dapat arti ataupun maknanya tetapi kalau boleh menduganya kira kira artinya Sebani adalah Seketurunan,namun ada yang berpendapat kalau Sebani itu dari kata Purasabhani,Purasabhani ini menurut Almarhum KH. Agus Sunyoto adalah salah satu pendapa yang ada dipusat pemerintahan era kerajaan,entah dari serat atau kitab mana keterangan ini didapat.
Jejak Peradaban di desa Sebani ini dapat kita lihat pada makam Sebani,Blere dan Blijo yang terletak disatu lokasi, dalam penelusuran kami beberapa kali memang terdapat jejak jejak peradaban yang berupa Bata bata kuno yang berukuran cukup besar,sebagian difungsikan sebagai Nisan dan sebagian ditata ,kemungkinan ketika menggali lubang untuk makam bata bata kuno tersebut dinaikan,bisa saja terdapat struktur bangunan dimakam tersebut, menurut cerita warga terdapat sumur berbentuk kotak yang berada didekat pintu masuk makam sebelah timur.
Sementara didusun Blere tepatnya dipertigaan jalan ada sebuah balai dusun yang mungkin disitu ada semacam Alu atau kondisi sekarang disemen, diberi sesajen berupa beberapa macam kembang konon pasangannya Alu ini ada dikota Mojokerto tepatnya dipunden Mbah Derpo Kedungsari Kota Mojokerto yaitu sebuah lumpang Batu.
Tanggal 15 Desember 2024 yang silam,Nosi Pujasma seorang warga Sebani menyebutkan ada fragmen yang nyeni menurutnya, ketika foto dikirim ke Kami lewat WA ternyata foto tersebut adalah fragmen kepala Arca Budha yang pecah.
Menurut informasi ini kami penulis bersama mas Nosi Pujasma besoknya langsung menuju lokasi yang ditunjukkan jam 08.00 Pagi yang berada ditepi jalan selatan pagar Pabrik disana ada Plesengan jalan baru,disanalah mas Nosi Pujasma melihatnya,namun ketika kami tiba disana Fragmen kepala Arca Budha tersebut sudah tidak ada ditempat,sayang sekali.
Jika saja Fragmen tersebut temuan asli disini( insitu) juga benar benar asli artefak klasik mana mungkin inilah petunjuk tentang peradaban Sebani dimasa silam, Temuan Fragmen kepala Arca Budha ini merupakan indikasi adanya Wilayah Dharma Kasogatan dulunya ada di wilayah Sebani, tentu saja ini menarik untuk dikaji mengingat desa Sebani adalah salah satu wilayah Tarik yang diduga sebagai Alas Trik, seperti diketahui menurut Serat Pararaton pupuh 23 kalau Dyah Sang Rama Wijaya membuka Alas Trik untuk dibuka menjadi pedukuhan atau desa yang kemudian dinamakan Majapahit.
Selain itu di Blijo selatan terdapat sumur sumur kuno yang berbentuk bulat dibeberapa titik, ini menunjukkan adanya pemukiman klasik disini, demikianlah penelusuran kami didesa Sebani ini, mohon maaf atas segala kekurangannya .
Agus Subandriyo, Penulis
24 Juni 2025
Jejak Peradaban Desa Gampingrowo Tarik, Sidoarjo
Desa Gampingrowo merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo, letaknya berbatasan dengan desa Kedungbocok disisi selatan, berbatasan dengan desa Balong Macekan disisi timur, dengan desa Sebani disebelah barat dan desa Mindu Gading disebelah utara.
Terdapat 5 dusun didesa Gampingrowo ini yaitu, Gamping, Glonggong, Kawur, Songgat dan Medowo, dari dusun dusun diatas memang Medowo yang paling banyak tinggalan arkeologi dan jejak peradabannya karena sejak beberapa lama telah diteliti oleh berbagai pihak salah satunya antara tahun 1984 sampai tahun 1995 Balai Arkeologi Jogjakarta telah beberapa kali melakukan eskavasi beberapa titik penting didusun Medowo juga dibeberapa titik di wilayah dusun Klinter didesa Kedungbocok, pada kesempatan 25 Juni 2025 Penulis mengunjungi makam Medowo dan bertemu dengan seorang warga setempat yang pernah ikut menggali lubang eskavasi diselatan makam Medowo yaitu bapak Poniran
Menurut keterangan bapak ini luas areal dugaan situs Medowo yang Beliau dengar dari Ketua Team eskavasi Balar Jogja yaitu Almarhum Bogie luasnya kurang lebih 600 meter kali 300 meter persegi, cukup luas untuk ukuran situs klasik, Batu yang sekarang ada dimakam punden Medowo dulu ceritanya bapak ini ditemukan diutara makam Medowo ketika warga membuat parit ketika musim tebu, peristiwa ini terjadi sebelum Balar Jogja datang, demikianlah sekelumit cerita tentang eskavasi di Medowo.
Selanjutnya Songgat, dusun ini letaknya sebelah utara Medowo, dari namanya Songgat cukup menggelitik rasa penasaran kita, menurut Sejarawan Artefak Nusantara yaitu Mas Dewangga Mega kemungkinan nama Songgat berasal dari kata Sogata, Sogata ini bila diberi awalan dan akhiran akan menjadi Kasogatan yaitu Tempat atau Wilayah Kabudhan, mungkin istilah mudahnya adalah wilayahnya orang orang yang beragama Budha, apakah itu benar atau tidak tentu butuh kajian kajian juga bukti bukti yang mengarah kesana, sekitar bulan Desember 2024 kemarin diwilayah desa Sebani sekitar 2 Kilometer kearah barat dusun Songgat ditemukan Fragmen kepala Arca Budha ketika ada pembanginan plesengan, namun sayang sekali kami tidak bisa melihatnya secara langsung karena fragmen tersebut sudah tidak ada ditempat ketika kami datang, apakah temuan Fragmen kepala Arca Budha ini masih relevan dengan Songgat ? mengingat jaraknya cukup jauh yaitu 2 Kilometer.
Ada Punden dan Makam yang dikeramatkan di wilayah Songgat yaitu sebuah Punden disisi timur dan Makam Eyang Projopati yang berada di sebelah makam Songgat, jejak peradaban jelas terlihat dimakam Songgat ini, yaitu banyaknya bata bata kuno disana terutama yang beralih fungsi menjadi Nisan.
Dari Songgat kita beralih ke dusun Kawur yang berada dibarat Songgat, sepintas dari namanya yaitu Kawur penulis teringat nama jabatan dalam lingkungan kerajaan klasik yaitu Wara Kawuri, artinya menurut kamus bahasa Jawa adalah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya yang anggota militer atau prajurit , sementara kalau artiya kawuri adalah yang tersebar atau tertiup angin,apakah memang kata Kawur itu perubahan dari Wara Kawuri atau dari kalimat kawuri saja penulis juga belum bisa memastikan, hanya saja jika dugaan itu benar maka kemungkinan Kawur itu dulunya adalah kediaman mereka yang tergolong dalam Wara Kawuri itu, ketika melihat makam Kawur memang belum bisa menemukan jejak kekunoannya baik itu bata kuno atau yang lain .
Setelah dari Makam Kawur kami menuju dusun Glonggong yang terletak disebelah timurnya, disini jejak peradabannya bisa dilihat di makam Glonggong yang berada ditengah persawahan dekat dengan makam Songgat, Jejaknya cukup ada dengan ada bata bata kuno yang beralih fungsi sebagai Nisan, mungkin karena letaknya agak dekat kemungkinan masih berhubungan.
Dari Glonggong kita beranjak ke selatan yaitu dusun Gamping, dusun ini terletak disebelah barat sungai yang mengalir dari selatan pecahan dari sungai kanal yang mengiringi sungai Porong, dari namanya yaitu Gamping atau Gampeng yang artinya mungkin tepian atau ada yang bilang Gamping adalah Kapur, Sementara ketika penulis melihat disekitar makam Gamping ada ada genangan air nya mungkin itu dulu sisanya dari Rawa nya.
Dalam makam Gamping ini terdapat bata bata kuno yang beralih fungsi menjadi Nisan disudut barat dan utara namun tidak terlalu banyak, namun ini cukup mengindikasikan adanya peradaban klasik didusun Gamping ini .
Demikian lah penelusuran mengais jejak peradaban didesa Gampingrowo Tarik Sidoarjo ini, jika dugaan Medowo dan Klinter adalah desa Majapahit yang dibuka Sang Rama Wijaya maka tentunya situs situs yang berada di sekitar nya adalah kompleks yang luas dan berhubungan dengannya.
Terima Kasih
Agus Subandriyo, Penulis